Satgas Merah Putih Berpotensi Bikin Polri Tidak Solid

Rabu, 22 Februari 2017 – 14:00 WIB
Kapolri Jenderal Pol.Tito Karnavian. Foto: Charlie/dok.JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Anggota Komisi III DPR Herman Hery menyoroti keberadaan satuan tugas merah putih yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Meski tak melanggar aturan dan bertujuan baik, Heman menilai satgas itu terkesan seperti sebuah kelompok elitis.

BACA JUGA: Polri Berharap Kasus Siti Aisyah Diusut secara Objektif

"Jadi menurut saya seperti membentuk polisi darah biru. Saudara Kapolri membentuk kelompok sendiri," kata Herman saat rapat kerja Komisi III DPR dengan Tito di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (22/2).

Herman menegaskan, kondisi ini tidak baik dan bisa menghancurkan soliditas di internal Polri. Apalagi, sejak awal mengikuti uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR, Tito berjanji akan membuat institusi Polri menjadi solid.

BACA JUGA: Semua Kasus Rizieq Berawal dari Laporan Masyarakat

Dia awalnya percaya Tito yang masih muda berjanji merangkul semua pihak. Sebab, dia tahu integritas Tito.

Namun, ketika mendengar ada satgas merah putih, Herman menduga Polri sudah tidak mampu mengayomi, melayani masyarakat dan memahami persoalan bangsa.

BACA JUGA: Bripda Rianda, Polwan Cantik Bersuara Merdu

Karenanya Herman sebagai anggota Fraksi PDI Perjuangan mendorong pembahasan Undang-undang Keamanan Nasional (UU Kamnas). Hal ini supaya Polri bisa dibantu TNI dalam penanganan masalah keamanan bangsa ini.

"Kenyataan Polri kelabakan sehingga membentuk satgas," kata Herman.

Anak buah Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan itu mengatakan, satgas itu diketahuinya berisikan orang-orang unggulan sehingga menimbulkan kecemburuan sesama anggota Polri.

Menurut Herman, jabatan-jabatan strategis di Polri hanya diistimewakan untuk orang-orang tertentu yang ada di dalam satgas. "Kalau tidak ada dalam satgas bukan orangnya kapolri," kata Herman.

Dia pun mempertanyakan dari mana anggaran pembentukan satgas itu. Apakah ada di dalam nomenklatur anggaran Polri.

"Ini bisa menjadi hal yang tidak baik. Saya tidak menuduh, tapi sebagai anggota dewan menjalankan fungsi pengawasan saya," katanya.

Herman menambahkan kritikan ini bukan ditujukan untuk pribadi. Hal ini diangkat supaya menjadi perhatian soal pembentukan satgas yang berisikan 87 orang inti itu.

"Sehingga orang merasa tidak masuk satgas bukan tim kapolri, bukan tim inti," katanya.

Menurut Herman, dengan pembentukan satgas ini, maka seperti ada tiga cluster di kepolisian. Yakni, polisi darah hitam, darah merah dan darah biru.

Kelompok darah biru, ujar Herman, yang bisa menduduki jabatan stretagis seperti di Jakarta. Sedangkan darah merah, cukup dua tahun menjabat di daerah. "Sedangkan darah hitam mati kering di Indonesia timur," tegas Herman.

Dia menegaskan, kalau masuk satgas inti akan mudah menduduki posisi di Polres tertentu maupun jabatan strategis lainnya. Untuk sekolah pun mudah. "Ini jadi perbincangan keluar. Saya kritisi karena saya sangat mencinai institusi ini," katanya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamdalah, Pilkada di Aceh Aman dan Damai


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler