Satpol PP Belum Tahu, Tidak Bisa Bertindak

Selasa, 26 November 2013 – 16:14 WIB

TAWARAN jasa pijat di sekitar Terminal Purabaya atau Bungurasih sebenarnya bukan hal baru. Di sekitar terminal terbesar di Jawa Timur tersebut, berdiri beberapa tempat pijat. Tapi, adanya tawaran jasa pijat yang langsung dialamatkan ke penumpang bus jelas merupakan fenomena baru. Aparat menyebut belum mengetahui praktik tersebut. Karena itu, mereka belum bisa bertindak apa-apa.

"Masak ada, kami malah belum mengetahuinya. Sejauh ini belum ada informasi tentang itu ke kami," kata Kepala Bidang Operasional dan Pengawasan Satpol PP Sidoarjo Ridho Prasetyo. 

Selama ini yang dia diketahui adalah praktik pijat plus-plus di beberapa tempat sekitar terminal. Satpol PP pun sudah berulang-ulang melakukan razia. Lebih-lebih saat malam. Ditengarai, munculnya praktik penawaran jasa pijat dengan perantara tukang ojek kepada penumpang bus merupakan modus baru untuk menjaring pelanggan. 

Setelah satpol PP berulang-ulang merazia, pemijat plus tersebut berusaha bermain aman dalam menjalankan bisnisnya. Mereka tidak lagi menawarkan diri secara langsung dari depan bilik secara terbuka. Tapi, memanfaatkan mulut orang lain untuk menarik pelanggan. 

Cara itu dimaksudkan sebagai kamuflase untuk menghindari razia petugas. "Praktik-praktik seperti itukan banyak modusnya. Mungkin itu modus baru. Atau, ini sebagai imbas lain dari penutupan beberapa lokalisasi," ulas Ridho. Hanya, dia menambahkan, sejauh ini jajarannya belum bisa memastikan itu. Sebab, mereka belum mengetahui praktik tersebut. 

Namun, dugaan fenomena itu muncul sebagai imbas penutupan lokalisasi, bisa jadi, tidak keliru. Sepanjang tahun ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memang begitu getol menutup tempat-tempat prostitusi. Antara lain, Dupak Bangunsari, Klakahrejo, dan Tambakasri. 

Seiring dengan penutupan tersebut, beberapa pekerja seks komersial (PSK) tidak sepenuhnya berpindah haluan. Mereka hanya berpindah tempat untuk tetap menggeluti aktivitas yang sama. Sidoarjo menjadi tempat baru bagi mereka. Yang sudah terdeteksi di Krian. "Mungkin di sana (Bungurasih, Red) juga sama. Kalau benar, sebenarnya ini bukan sekadar masalah kami. Apalagi, wilayah itu kan beririsan dengan Surabaya," ujar Ridho. 

Bahkan, wilayah Terminal Purabaya tidak sekadar beririsan. Tapi, terminal tersebut juga merupakan pintu masuk ke Surabaya. Karena itu, fenomena penawaran jasa pijat plus-plus yang ditujukan langsung kepada penumpang harus dipecahkan bersama. 

Satpol PP, kata Ridho, jelas bukan yang utama. Mereka hanya menjadi bagian yang harus ada. Peran terbesar ada pada Pemkot Surabaya dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo. Selain itu, dinas perhubungan. Sebab, wilayahnya berada di terminal. "Mereka semua yang sebenarnya berperan. Ini kan kawasan yang berdekatan antara Surabaya dan Sidoarjo. Untuk saat ini, tentu kami belum bisa berbicara lebih lanjut," ucap Ridho. (tim JP/nw/mas) 
 

BACA JUGA: Layanan Full Rp 250 Ribu, Threesome Tambah Rp 150 Ribu

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dorong Honorer jadi Peserta Jamsostek


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler