jpnn.com - Bukanlah hal sulit bagi pria hidung belang jika ingin melepas penat di sekitar Terminal Bungurasih, Sidoarjo. Bagaimana tidak, di sekitar terminal terbesar di Indonesia itu, kini muncul banyak panti pijat. Bahkan tempat itu juga menawarkan pelayanan plus-plus dengan harga terjangkau.
---
BACA JUGA: Panti Pijat Kian Menjamur di Sekitar Terminal Bungurasih
Bilik itu sederhana. Sama sederhananya dengan dandanan sang juru pijat. Hanya ada satu meja plus ranjang yang tak kalah sederhana pula. Body lotion, minyak pijat, dan handuk putih bersih tertata rapi di atas meja berukuran 50 x 50 cm tersebut.
Dengan senyum ramah, perempuan yang sebut saja bernama Ana itu mempersilakan ''pasien" untuk tidur telungkup. "Sebelumnya, pakaiannya tolong dilepas dulu ya. Termasuk jam tangan," perintahnya halus.
BACA JUGA: Cuaca Ekstrem, Turis Diminta Waspada
Sesaat setelah memberikan body lotion di punggung, dengan berbisik seolah tak ingin ada yang mendengar, Ana menanyakan ingin dipijat model apa? "Pijat capek atau sekalian yang seger buger, Mas?" tanyanya.
Ketika ditanya balik apa perbedaan antara dua jenis pijatan itu, Ana kembali berbisik. "Kalau pijat capek, ya saya pijat dari kepala sampai kaki. Dijamin nanti ndak capek lagi. Cuma, kalau pijat seger, ada bonusnya. Sudah dijamin ndak capek, rasanya pun pasti lebih enak," ucapnya lantas tertawa menggoda.
BACA JUGA: Dorong Honorer jadi Peserta Jamsostek
Belum sempat menjawab tawarannya, lagi-lagi perempuan bertubuh molek itu melontarkan kembali tawaran lain. "Atau, Mas mau yang full? Bisa kok saya kasih," promosinya. Kali ini tangannya tidak tinggal diam. Dengan halus dia mulai melakukan gerakan pijat.
Saat ditanya berapa harga untuk semua jasa itu, dengan jelas dia mengatakan bahwa pijat saja Rp 150 ribu. "Kalau sama main, Rp 500 ribu. Dijamin puas!" janjinya.
Namun, ternyata tawaran tersebut bukan harga mati. Buktinya, setelah tawar-menawar, untuk layanan full, pelanggan hanya cukup membayar separonya, yakni Rp 250 ribu. Setelah deal, Ana kembali memijat.
Belum sampai 10 menit memijat, Ana kembali berbicara. "Ini saya pijat dulu biar rileks ya. Tapi, mau ndak kalau dipijat juga sama teman saya. Jadi berdua yang mijat. Kasihan, dari pagi, hanya Mas dan satu orang lain saja yang pijat. Sepi," ujarnya.
Saat ditanya masalah tarif, Ana buru-buru langsung ngomong tidak perlu membayar seperti dirinya. "Mas kasih saja Rp 150 ribu ke dia. Mau ya," lagi-lagi dia menggoda.
Setelah tawaran itu diiyakan, dari dalam bilik Ana memanggil temannya. "Ayo pijat bareng Mas iki. Bayaranmu satus seket ya (Rp 150 ribu, Red)," ujar Ana kepada pemijat lain yang dia sapa Tri.
Tangan dua perempuan itu memang cukup terampil memijat. Ana berfokus pada bagian punggung, sedangkan Tri lebih banyak berkutat pada kaki. Dirasa cukup, dengan lembut Ana menyuruh pelanggan untuk membalikkan badan. "Sudah mulai santai toh badannya," tanya Ana.
*****
Menurut Ana, dengan adanya tukang ojek yang berperan sebagai marketing, dirinya dan teman-teman sangat terbantu. "Kalau bukan tamu dari mereka (tukang ojek, Red) pasti tidak nututi buat bayar bulanan. Sebab, kan banyak orang yang ndak ngeh tentang tempat pijat seperti ini," jelas dia.
Apalagi, kata Ana, persaingan di dunia bisnis pijat-memijat di kawasan Bungurasih cukup ketat. "Kalau kita ndak pintar-pintar merayu mereka, ya pasti diantar ke panti pijat yang lebih pintar merayunya," tutupnya. (tim JP/nw/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bongkar Ratusan Vila Liar di Puncak
Redaktur : Tim Redaksi