Sekretaris Penanggulangan AIDS, Kutai Timur Harmadji Partodarsono di Gedung Seba Guna, kantor Bupati Kutim pada wartawan, Rabu(12/12) menyebutkan, meningkatnya penderita HIV/AIDS merupakan dampak pertumbuhan penduduk Kutim. "Sudah dua puluh meninggal dunia," jelasnya.
Harmadji menerangkan, HIV/AIDS dan IMS dapat menular kepada orang lain dengan cara hubungan seksual tidak aman dan/atau tidak terlindungi sesuai standar kesehatan. Penularan HIV melalui hubungan seks terjadi di dalam atau di luar nikah jika dilakukan tanpa kondom dengan orang yang sudah tertular HIV.
Menurutnya, berdasarkan profesi penderita HIV terbesar dari karyawan swasta, selain itu pekerja seks (PSK) dan ibu rumah tangga. Data yang dihimpun KPA Kutim, kalangan ibu rumah tangga mencapai 18,5 persen. "Mereka ini ibu rumah tangga baik-baik yang tertular oleh suami yang didapat atau akibat jajan di luar rumah," katanya.
Terhadap cara penularan HIV, ia mengemukakan sebagian besar melalui hubungan seks, kemudian jarum suntik narkoba serta melalui ibu ke bayi. Secara kasat mata, disebutkan permasalahan penyebab peneluran HIV yakni narkoba dan perselingkuhan.
Sangatta Utara dan Sangatta Selatan serta Bengalon diakui merupakan daerah rawan, karena pertumbuhan penduduk sangat pesat akibat terbukanya lapangan kerja yang menghasilkan pendapatan besar, disisi lain terdapat tempat-tempat protitusi. "Berdasarkan pendataan, sekitar Sangatta terdapat tiga puluh lima titik seperti lokalisasi protitusi, panti pijat dan tempat-tempat hiburan malam lainnya," jelas Harmadji.
Disebutkan, data tersebut masih merupakan data dari sekitar Sangatta kota. Seandainya dilakukan pemeriksaan menyeluruh di Kutim, maka diperirakan sebenarnnya ribuan orang diduga telah terinfeksi.(jn/agi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaksanaan UU Otsus di Papua Belum Maksimal
Redaktur : Tim Redaksi