Satu Dieksekusi di Kamar Mandi

Sabtu, 06 April 2013 – 13:42 WIB
Anggota Komisi III DPR, Syarifuddin Suding di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (6/4). Foto: Fathra Islam/JPNN
JAKARTA - Anggota Komisi III DPR, Syarifuddin Suding menyatakan,  komisinya telah melakukan rekonstruksi terkait kasus penembakan empat tahanan di Lembaga Permasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta.

Suding menerangkan hasil rekonstruksi komisinya tersebut. Dia menyatakan bahwa eksekutornya hanya dilakukan oleh satu orang dan ada beberapa orang yang berjaga di luar Lapas.

"Bahwa ada beberapa orang di dalam Lapas, iya. Ada beberapa orang di luar Lapas yang berjaga-jaga iya. Tetapi yang melakukan eksekusi di dalam sel tahanan di Blok 5 itu tunggal, satu orang," ujar Suding di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (6/4).

Berdasarkan pengakuan penjaga Lapas, Suding menceritakan ada sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari 10 masuk ke pintu utama Lapas Cebongan.

Mereka terbagi ada yang tugasnya menjaga di luar Lapas dan ada yang masuk. "Ketika itu dipaksa untuk menunjukkan tempat tahanan Deky dan kawan-kawan," ucapnya.

Penjaga sambung Suding, bersikeras tidak menunjukan, kemudian dibangunkan komandan jaga bernama Margono yang rumah dinasnya di dekat lapas. "Margono  saat itu berjalan dalam todongan senjata," terang dia.

Selanjutnya kata Suding, terjadi tindak kekerasan terhadap para penjaga Lapas. Dia mencontohkan ada penjaga yang giginya copot. Kemudian di pintu kedua Lapas mereka diseret. "Ada dua orang yang berada di blok sel, supaya dibuka pagar," tuturnya.

Namun kata Suding, karena tidak tahan siksaan yang diterima mereka akhirnya membuka pintu lapis kedua. Pintu itu dekat dengan blok A5 tempat Deky ditahan. Di blok itu ada 35 orang.

"Deky dan dua kawannya memisahkan diri dan sisanya di pojok ruangan, di situ terjadi penembakan. Waktu (esekutor) keluar, ingat jumlahnya empat, jadi masih ada sisa satu. Melihat ada 1 orang di kamar mandi. Kemudian langsung dieksekusi," terang dia.

Suding menerangkan, ada 31 tahanan yang melihat peristiwa penembakan terhadap Deky dan kawan-kawan.  "Para tahanan itu disuruh teriak hidup angkatan ini, sambil tepuk tangan, " ucapnya.

Peristiwa penembakan itu menurut Suding, karena diawali dengan kejadian di Hugos Cafe. "Kontak pertama sebelum di Hugos Cafe terjadi senggolan itu terlihat dari CCTV," tandasnya. (gil/jpnn)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Hukuman di Peradilan Militer Lebih Berat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler