Korban tewas adalah Jipo Muhammad alias Ibeng, dari kelompok sipil bersenjata yang digrebek. Selain satu korban tewas, Densus 88 juga menangkap lima orang lain dari dalam rumah yang terbuat dari papan kayu beratap rumbia di RT 3 Desa Kalora.
Tiga di antara mereka yang ditangkap hidup-hidup berinisial F, N alias C, dan R alias M. Dari lima yang ditangkap, dua lainnya dalam kondisi luka, yakni N alias C dan R alias M.
Kapolda Sulteng, Brigjen (Pol) Dewa Parsana membenarkan terjadinya penggrebekan terhadap sipil bersenjata di Desa Kalora. Tapi sayang Kapolda berlum bersedia menyebut identitas dan nama kelompok yang digrebek Densus 88 Mabes Polri.
“Kita akan lakukan penyelidikan terlebih dulu untuk mengetahui siapa dan apa nama kelompok mereka. Hasil penyelidikan dan penyidikan nanti baru kami sampaikan ke rekan-rekan (wartawan, red),’’ katanya di TKP.
Dijelaskan Kapolda Dewa Parsana, penggrebekan dengan nama operasi penegakan hukum di sebuah rumah di Desa Kalora, dilakukan sekitar pukul 05.00 subuh. Dalam operasi tersebut, terjadi baku tembak antara Densus 88 dengan kelompok bersenjata yang berada di dalam rumah.
Kontak senjata diperkirakan terjadi hampir setengah jam (30 menit). Dalam baku tembak itu, terdengar juga suara ledakan yang diduga berasal dari bom rakitan milik kelompok sipil bersenjata yang digrebek. “Ya, karena mereka menggunakan senjata, maka harus dilawan dengan senjata,” ujar jenderal polisi bintang satu ini.
Akibat kontak senjata, satu orang dari kelompok sipil bersenjata, Jipo M alias Ibeng, terluka berat dan akhirnya tewas dalam perjalanan dari Poso menuju rumah sakit Bhayangkara, Palu. “Enam yang ditangkap, tapi satu orang yang terluka sudah dinyatakan meninggal dalam perjalanan ke Palu,” jelasnya. Lima orang lain yang ditangkap hidup-hidup juga ikut dibawa ke Polda Sulteng di Palu.
Dalam operasi di sebuah rumah di Desa Kalora, Poso, Densus 88 juga mengamankan sejumlah barang bukti dari para tersangka. Berupa 9 buah bom rakitan (dua bom di antaranya di disposal di TKP), 1 pucuk Senpi laras pendek jenis FN, 1 pucuk senjata rakitan laras panjang, 3 buah golok/parang, serta dua karung pupuk urea. Satu dari dua karung pupuk urea tersebut, sudah digoreng dan siap dirakit menjadi bom.
Informasi yang diperoleh Radar Sulteng (Grup JPNN) dari warga Desa Kalora, penggrebekan pada Rabu subuh kemarin, sebenarnya dilakukan polisi di dua rumah berbeda pada jam yang sama. Tapi polisi tidak mendapatkan target yang diburu pada penggrebekan yang dilakukan di rumah satunya milik warga berinisial A. Sebab, rumah A sudah dalam kondisi kosong tanpa penghuni. “Pemilik rumah sudah ke Ambon untuk panen buah cengkeh,” tutur warga di TKP.
Pemerintah Kecamatan Poso Pesisir Utara dan pemerintahan desa serta masyarakat Desa Kalora, mengaku kaget dengan operasi penggrebekan yang dilakukan Densus 88 di desa itu. Sebab, mereka sama sekali tak menyangka ada rumah di desanya yang dijadikan tempat tinggal kelompok sipil bersenjata.
Baik warga, pemerintah desa maupun pemerintah kecamatan, sama-sama tak tahu jika di desa mereka telah tinggal sekelompok orang yang menjadi target buruan polisi. “Saya belum mengenal mereka. Karena baru dua hari lalu, salah satu dari mereka itu datang melapor ke saya untuk tinggal menetap di rumah itu,” sebut Sunardi, ketua RT 3 rumah lokasi penggerebekan.
Orang yang datang melapor ke Sunardi adalah F, orang yang ikut digrebek dan sekarang sudah diamankan. Hal yang sama dikatakan Kepala Desa Kalora, Sirfail. “Saya belum kenal mereka. Karena mereka baru dua hari berada di desa kami dan baru melaporkan keberadaannya ke RT setempat,” kata kades.
Ketidaktahuan juga diakui Camat Poso Pesisir Utara, Zainal. Karena orang baru dan belum tercatat sebagai warga Desa Kalora, aparat pemerintah juga tak tahu apa aktivitas keseharian enam orang yang digrebek Densus tersebut. “Rumahnya selalu tutup. Itu yang saya lihat kalau saya berangkat atau pulang dari kebun,” ujar Sunardi, ketua RT 3.
Bahkan, ketua RT dan Kades pun tidak mengetahui rumah milik siapa yang ditempati enam orang kelompok sipil bersenjata yang ditangkap Densus. “Tidak tahu rumah siapa sekarang itu. Karena, rumah tersebut sudah lama kosong sejak ditinggal pemiliknya pasca kerusuhan dulu (tahun 2000, red),” tukas kades.
Informasi yang diperoleh wartawan dari warga Kalora menyebutkan, rumah yang ditempati enam orang yang digrebek Densus, adalah rumah yang dikontrak milik warga desa setempat berinisial W. W membeli rumah tersebut dari warga yang sudah pindah ke Kecamatan Tolai, Kabupaten Parimo.
“Kita tidak kenal mereka. Karena mereka memang baru datang di desa ini sekitar dua hari yang lalu (sebelum penggrebekan, red),” tutur sejumlah warga yang ikut mengerumuni sekitar TKP penggrebekan. (bud)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Orangutan Serang Warga Kotim
Redaktur : Tim Redaksi