BACA JUGA: Pistons Terlaris, Kings Terkosong
Sejumlah 70 tim (terdiri atas 46 tim putra dan 24 tim putri) dari 12 kota/kabupaten di Jawa Barat telah terdaftar sebagai pesertaDi antara tim-tim peserta, ada yang cukup unik, yaitu Bandung International School (BIS)
BACA JUGA: Robinho Dituduh Perkosa Cewek 18 Tahun
Sesuai namanya, sekolah itu memiliki murid dari beragam latar budaya dan kewarganegaraanBACA JUGA: Inggris Bidik Tuan Rumah PD2018
''Selain pemain lokal, ada yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, New Zealand, Inggris, Belgia, Prancis, Korea, dan TiongkokItu belum ditambah anggota tim yel-yelAda yang dari India dan negara-negara lainKalau sepuluh negara, saya rasa lebih,'''tutur Samaun, guru pendamping sekolah tersebut.
Begitu mengetahui bahwa tahun ini DBL diadakan di Bandung, guru maupun murid sekolah tersebut antusias ikut sertaSebelumnya, mereka memang jarang mengikuti kompetisi di luar sekolahMasalah perizinan orang tua yang menjadi kendala
''Ortu murid kebanyakan tidak tinggal di IndonesiaJadi, komunikasinya agak sulitTapi, untuk DBL ini, kami sudah mengirim surat izin kepada merekaKami jelaskan bahwa DBL adalah kesempatan emas untuk belajar banyakTak hanya basket, tapi juga kedisiplinan dan sosialisasi putra putri merekaDan, semua ortu sepakat mendukung,'' terang Samaun.
Izin beres, pelatih mulai melakukan seleksi untuk menyusun timSaat menyusun tim pun terbentur kesulitan lain, yaitu sumber daya murid sedikitHal itu terjadi karena yang memenuhi syarat ikut DBL hanya grade 10 dan 11 (setingkat kelas 1 dan 2 SMA)Awalnya ada 17 pemain putra, sayangnya yang lima tidak bisa ikut karena aturan umur dan kelasAkhirnya, terpilihlah 12 pemain putra dan 10 pemain putri.
Samaun mengungkapkan, sekolah tidak memberikan target karena yang terpenting adalah pembinaan''Ikut DBL ini kesempatan emas untuk menambah pengalaman berkompetisi, belajar disiplin, dan bersosialisasi dengan luar sekolahSatu lagi, DBL even profesionalJadi, kita juga bisa belajar kepanitiaan yang profesional,'' tegasnya.
Setelah terpilih, sesi latihan pun dimulaiSang pelatih, Asep Ahmad Fauzi, yang telah melatih tim tersebut selama lima tahun punya banyak pengalaman menarik dalam melatih tim dengan budaya heterogen itu.
Kesulitan melatih ada pada kendala bahasaUntuk menyiasatinya, Asep terkadang menerangkan langsung lewat gerakan''Misalnya, dribble-nya begini, lay up-nya begini, pola defense seperti iniTapi, enak juga sih melatih merekaSaya jadi belajar bahasa Inggris juga, he he..Untungnya, saya ada asisten, ada pemain yang ngerti basket, dan bisa men-translateSaya jadi terbantu," akunya.
Menjelang DBL, menurut Asep, timnya makin serius dan intensif berlatih''Semangat mereka luar biasa! Meski berasal dari negara asing, kan nggak semua punya basic basketTapi, mereka cepat belajar,'' jelasnya.
Dengan mengikuti kompetisi sekelas DBL dan melawan sekolah-sekolah lokal, menurut Asep, timnya bisa semakin belajar culture Indonesia''Soal kemampuan, mungkin sekolah lokal lebih bagusTapi, yang penting bagi kami adalah sosialisasi dan pengalaman,''ujarnya(www.deteksibasketball.com)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bonus Rekor Clean Sheet
Redaktur : Tim Redaksi