jpnn.com, RIYADH - Kerajaan Arab Saudi belum berhenti bergejolak. Penangkapan 11 pangeran oleh komisi pemberantasan korupsi pekan lalu barulah permulaan.
Jaksa Agung Saudi Sheikh Saud al-Mojeb mengatakan bahwa pihaknya sudah menginterogasi para pangeran dan pejabat yang ditangkap. Hasil interogasi itu akan segera ditindaklanjuti.
BACA JUGA: Saudi Diguncang Tiga Peristiwa Besar, Israel Tersenyum
”Ini adalah tahap satu dari kampanye anti-korupsi kita,” kata Saud al-Mojeb.
Kampanye penangkapan konon akan berlanjut pekan ini setelah seorang pengusaha papan atas Nasser bin Aqeel al-Tayyar dilaporkan telah ditahan pada Senin (6/11). Penangkapan ini pun langsung menurunkan harga saham perusahaan Al Tayyar sampai 10 persen.
BACA JUGA: Ditangkap KPK Saudi, Pangeran Alwaleed Punya Harta Rp 229 T
”Penyelidikan dilakukan secara diam-diam untuk menjaga integritas proses hukum dan memastikan tidak ada intervensi,” sambungnya.
Seperti diketahui, ada 11 pangeran yang ditangkap oleh komisi anti-korupsi yang dipimpin langsung oleh Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman.
Selain Pangeran Al-Waleed bin Talal ada Pangeran Miteb bin Abdullah.
BACA JUGA: Pernah Hina Trump, Dianggap Ancaman bagi Putra Mahkota
Selama empat tahun terakhir, Pangeran Miteb bin Abdullah memimpin Garda Nasional. Pangeran Miteb pernah dianggap sebagai pesaing takhta, meskipun belakangan ini ide tersebut lenyap seiring mencuatnya nama Pangeran Mohammed bin Salman. Ada juga Pangeran Adel Fakeih, yang merupakan menteri ekonomi sejak April.
Kampanye penangkapan tersebut memperpanjang daftar tantangan menakutkan yang sudah digaungkan Pangeran Mohammed bin Salman sejak ayahnya, Raja Salman, naik tahta pada tahun 2015.
Pangeran berusia 32 tahun itu menyatakan akan berperang di Yaman, mengambil langkah khusus untuk musuh bebuyutan Saudi, Iran, dan mereformasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungannya pada minyak.
Baik sekutu dan lawan Saudi diam-diam tercengang bahwa sebuah kerajaan yang dulu terobsesi dengan stabilitas mengambil kebijakan yang asertif.
”Kerajaan berada di persimpangan jalan. Perekonomiannya cenderung datar dengan harga minyak yang rendah, perang di Yaman adalah masalah, blokade Qatar adalah kegagalan, pengaruh Iran merajalela di Lebanon, Syria, dan Iraq, dan suksesi adalah tanda tanya,” tulis mantan pejabat CIA Bruce Riedel kepada Reuters.
”Ini adalah periode yang paling tidak stabil dalam sejarah Saudi selama lebih dari setengah abad,” sambungnya. (tia/CNN/Reuters/Daily Mail/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Saudi Tangkap 11 Pangeran, Termasuk Orang Supertajir Ini
Redaktur & Reporter : Adil