JAKARTA - Mayjen (purn) TNI Saurip Kadi merasa gerah dengan bentuk respon pemerintah pascaterungkapnya kasus pembantaian petani di Mesuji, LampungMisalnya, dengan mempersoalkan validitas bukti berupa video pembantaian
BACA JUGA: Soal Papua, NU-Muhammadiyah Kompak Ingatkan Pemerintah
Video itu pertama kali muncul saat Saurip ikut mendampingi rombongan adat Megoupak Lampung yang melapor ke Komisi III DPR, Rabu, 14 Desember lalu."Saya juga tahu belakangan, ada yang menyerang berbagai macam
BACA JUGA: Malinda Gemar Belanja Mobil Mewah
Boleh-boleh saja, silahkan sajaSaurip menegaskan dirinya sudah bertemu langsung dengan pembuat video tersebut
BACA JUGA: Boleh Rawat Jalan, Nunun Kembali Ke Pondok Bambu
Hal itu memang menjadi salah satu persyaratan yang diajukan Saurip sebelum ikut mengadvokasi konflik pertanahan antara warga Mesuji dengan PT Silva InhutaniSaurip sama sekali tidak ragu dengan validitas data dan informasi yang dipegangnya"Sudah barang tentu (pembuat video, Red), sudah saya amankanDicari tidak akan ketemu-lah," ucapnya.Dia juga mengaku telah bertemu dengan keluarga dan kerabat korbanPada saatnya, Saurip berjanji akan menggelar forum testimoni dari para keluarga korbanLengkap dengan foto korban dan lokasi kuburan"Tunggu tanggal mainnya," kata Saurip.
Dia kembali membeberkan dataSejak konflik pertanahan itu meledak, sebanyak 132 warga telah dipenjarakanMereka adalah pemilik rumah yang digusur lalu diperkarakan dan diadili atas tuduhan penyerobotan tanah.
"Saya memberi jaminan apa yang kami temukan tidak ada fitnah," ujarnyaSedangkan, jumlah korban yang meninggal dunia tak kurang dari 30 orang yang lokasi pembunuhannya tersebar di 11 titik"Nambah bisa," kata Saurip.
Adapun dua potongan kepala di atas atap truk yang gambarnya sempat muncul di dalam video, menurut Saurip, juga sudah terlacak oleh rombongan anggota DPR yang terjun ke lokasiTermasuk juga tempat penggantungan korban yang lain"Truknya sudah diketahui, keduanya anaknya siapa, sebutannya kalong dan yang satu macan," beber Saurip.
Dia lantas mengkritik habis -habisan Presiden Susilo Bambang YudhoyonoSaurip menyampaikan kasus ini sebenarnya sudah diketahui jajaran di bawahnyaMulai Gubernur Lampung, Bupati Mesuji Lampung, sampai DPRDTim investigasi dari provinsi, bersama menteri kehutanan dan Komnas HAM malah sudah berkali-kali turun ke lokasiNamun, tidak ada hasilnya.
Padahal, saat ini, ada ribuan warga yang terpaksa tinggal di tenda darurat yang dibangun dengan swadaya sendiriDalam kondisi krisis seperti ini dan terbukti jajaran dibawahnya tidak mampu mengatasi masalah, menurut Saurip, presiden seharusnya turun tangan langsung.
"Mestinya pemerintah segera mengatasi kedaruratan ribuan rakyat iniSupaya hidupnya tertib, sementara belum bangun rumah, bikin tendaTentara itu punya banyak tenda, bikin dapur umum, berangkatkan kesehatan," kata Saurip.
Dia menyayangkan presiden yang malah membentuk tim pencari fakta dengan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana sebagai ketuanya"Mohon maaf, bukan merendahkan kapasitas Pak DennyMelawan Gayus (Gayus Tambunan, Red) saja kayak luwingTahu nggak luwing? Itu kaki seribu yang kalau kesenggol saja, nglungker itu lhoKok disuruh mengatasi yang kayak begini."
Saurip menduga semua ini tak lebih dari sekedar buying time alias mengulur waktu"Nanti kesimpulannya paling akan memperhalus kata-kata saja, supaya santun," sindir Saurip.
Di luar itu, Saurip merasakan kuatnya upaya untuk memojokkan dirinyaTapi, dia tak gentar"Ketika pemerintah ini luka bernanahTerus saya bilang, bapak itu luka bernanahBelakangan ributnya kok seolah saya yang membuat luka nanah itu," protesnya
Saurip Kadi, kemarin, kembali membawa salah seorang warga MesujiDia adalah Wayan Sukadana (42 tahun) warga Desa Talanggunung, Dusun Pelita Jaya, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji LampungDesa itu sekarang tinggal kenangan, karena telah digusur.
"Saya memang berdarah BaliTapi, asli kelahiran lampung, mas," kata Wayan SukadanaDia menceritakan kakaknya yang bernama Made Aste turut menjadi korbanPeristiwa tragis itu terjadi pada 6 November 2010Wayan tidak melihatnya sendiri, karena tengah berada di tahanan Polda Lampung terkait konflik tanah itu.
"Saudara saya itu ditembak dari pantat tembus diperut," terang Wayan yang sempat ditahan selama sembilan bulan itu"Polisi, brimob saya mohon berhentilah mengintimidasi rakyat," tandasnya(pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Seluruh Gubernur Teken Pakta Integritas Antikorupsi
Redaktur : Tim Redaksi