SBY Ajak Jaga Amanah Antidiskriminasi Gus Dur

Sabtu, 04 Januari 2014 – 07:07 WIB
KHIDMAT: Istri almarhum Gus Dur Shinta Nuriyah (kanan), Ani Yudhoyono, Presiden SBY, dan Salahuddin Wahid membaca Yasin dan tahlil pada haul keempat Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, tadi malam. FOTO : JAWA POS RADAR MOJOKERTO

jpnn.com - JOMBANG - Puncak acara haul keempat Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, tadi malam berlangsung  khidmat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang hadir bersama istri, Ani Yudhono, sekitar pukul 19.00 turut membacakan Surat Yasin dan doa tahlil bersama para undangan dan penziarah.

Radar Mojokerto (Jawa Pos Group) melaporkan, malam puncak haul yang dipusatkan di kompleks makam Gus Dur dan keluarga ini juga dihadiri jajaran Menteri Kabinet Indonesia bersatu jilid II, Gubernur Jatim Soekarwo bersama Nina Soekarwo, dan Wagub Saifullah Yusuf.

BACA JUGA: Kemenag Minta Doa Berbayar Dihentikan

SBY dan Soekarwo duduk di deretan paling dekat dengan makam Gus Dur, didampingi istri almarhum Gus Dur Hj Shinta Nuriyah Wahid alias Shinta dan adik Gus Dur KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah).

Shinta kemudian didapuk memberikan sambutan mewakili keluarga. Dalam sambutannya, mantan ibu negara keempat ini memecah keheningan ketika melontarkan guyonan khas almarhum suaminya.

BACA JUGA: KPK Tegaskan Penahanan Wawan Sesuai Prosedur

Saat menyampaikan pembukaan sambutan dengan mengucap rasa syukur, Shinta tiba-tiba mengaku khawatir dirinya akan ditegur Gus Dur. "Kata Gus Dur, buat apa syukur dipanjatkan? Syukur kan bisa manjat (pohon) sendiri," ujarnya, sontak disambut gelak tawa semua yang hadir, termasuk Presiden SBY.

Saat tawa hadirin mulai reda,  Shinta kembali membuat ger-geran. "Tapi, mungkin Gus Dur lupa kalau Syukur itu mertuanya sendiri. Itu (Syukur) kan bapak saya sendiri," lanjutnya. "Syukur yang ini memang betul-betul tidak bisa memanjat," ujarnya lagi.

BACA JUGA: 7 Waduk Ditargetkan Segera Rampung

Acara yang berlangsung selama kurang lebih empat jam itu dipenuhi oleh ribuan santri dan penziarah. Karena tidak semua bisa masuk ke dalam area makam atau kompleks pesantren, panitia memasang layar lebar di luar pesantren. Termasuk di depan pintu gerbang pesantren.

Saat mengakhiri sambutannya, Shinta mengajak seluruh undangan yang hadir mengingat Gus Dur dengan membacakan salawat atau syair Munajat. Syair Abu Nawas yang dipopulerkan Gus Dur itu sekaligus dijadikan sebagai obat kerinduan para pecinta Gus Dur.

Presiden SBY yang diberi kesempatan memberikan pidato setelah wakil keluarga  menceritakan sosok Gus Dur yang dia kenal. Saat menjabat sebagai menteri pertambangan dan energi di era Presiden Gus Dur (2001), SBY menilai Gus Dur adalah presiden yang tidak mengenal waktu. "Kehidupannya selalu digunakan untuk memikirkan negara," ujarnya.  

Gus Dur, lanjut Presiden SBY, lebih sering mengajak berdiskusi tentang isu negara, politik, keamanan, dan sejarah dunia. "Kalau saya ceritakan,  mungkin dua hari tidak selesai," ungkap SBY.

Presiden kemudian mengajak hadirin untuk meneruskan semangat Gus Dur untuk selalu memberikan pencerahan, kedamaian, dan kerukunan. "Ini adalah amanah sepanjang masa yang harus kita lanjutkan," papar SBY. "Dalam diri Gus Dur, yang diucapkan, dipikirkan, dan diperjuangkan adalah selalu ingin rakyatnya yang berada di tengah kehidupan majemuk, namun tetap rukun dan damai. Tidak ada diskriminatif," tambahnya.

Kecintaan masyarakat terhadap Gus Dur memang luar biasa. Meskipun tidak bisa masuk ke kompleks acara, ribuan warga tetap mengikuti acara haul dengan khusyuk di sepanjang Jalan Hasyim Asyari,  depan Ponpes Tebuireng.  Jalanan yang basah dan sebagian becek tidak membuat mereka mengeluh. Warga memilih membeli alas plastik seadanya sebagai tempat duduk.

Sejumlah warga bahkan sudah tiba di lokasi pondok sejak Jumat siang. Suliyati, warga Kabupaten Sidoarjo, mengatakan datang  sejak siang. Dia datang dengan keluarga khusus mengikuti pengajian.

Hal yang sama disampaikan Murtiningsih. Warga Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, itu juga datang dengan keluarga. Dia menyatakan tidak kecewa walaupun harus berada di jalan karena tidak diperbolehkan masuk ke dalam pondok. "Saya tidak kecewa berada di luar. Niat saya dan keluarga datang hanya ingin ikut pengajian. Hanya ini yang bisa kami lakukan atas jasa Gus Dur yang luar biasa," katanya.

Cuaca hujan sejak sore hari, namun reda sebelum pengajian berlangsung. Dengan begitu,  warga yang berada di luar pondok tidak kehujanan. Mereka menggelar tikar ataupun menggunakan alas seadanya.

Akses para pecinta Gus Dur ini terbatas karena ratusan anggota polisi dan Banser berbaris memanjang, membentuk barikade. Mereka  menjaga ribuan warga agar tidak memasuki kompleks ponpes. Petugas keamanan melakukan penjagaan ketat di pintu masuk ponpes hingga acara selesai.

Suasana peringatan haul di Jombang terasa sejak pagi. Dengan spontan dan sudah berlangsung sejak Gus Dur meninggal, seluruh musala dan masjid di Jombang mengumandangkan khataman kitab suci Alquran setiap peringatan haul Gus Dur.

Gus Dur lahir di Jombang  pada 7 September 1940. Bapak bangsa itu wafat di Jakarta pada 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun. Tokoh yang dikenal dengan semangat toleransi itu menjabat sebagai presiden keempat Indonesia dari mulai 1999 hingga 2001, menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999.

Selama hidup, Gus Dur juga dianggap sebagai bapak Tionghoa karena kebijakannya menetapkan tahun baru warga Tionghoa (Imlek) sebagai hari libur nasional. Karena itu, setiap haul Gus Dur, temasuk tadi malam, banyak warga etnis Tionghoa yang berpartisipasi."(ris/jpnn/c1 /kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank yang Melayani BPJS Masih Terbatas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler