JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto mengatakan bola panas kini berada di tangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal itu menyusul nasib Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berseberangan dengan Sekretariat Gabungan (Setgab).
PKS memilih menolak pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) tahun 2013. Sikap yang diambil PKS berseberangan dengan partai koalisi yang tergabung dalam Setgab.
"Praktis setelah mengambil sikap seperti ini, bola ada di SBY apakah akan mengambil cara ekstrin mengeluarkan PKS atau soft-strategy seperti sangat biasa menjadi pola pilihan SBY dalam mengelola perimbangan kekuatan di koalisi," kata Gun Gun saat dihubungi, Rabu (19/6).
Namun kalau Gun Gun melihat karena pertimbangan tarik ulur kekuatan nyata di DPR, sikap SBY tidak akan berubah. "Dia sepertinya lebih memilih mengambangkan posisi PKS, dan kalaupun ada sanksi saya memprediksi maksimalnya pergantian menteri di antara menteri-menteri PKS," ucapnya.
Dikatakan, SBY sadar betul modal 423 kursi (75,54 persen). Dukungan di DPR itu sesungguhnya rapuh dan bukan kekuatan loyalis. Golkar dengan 106 kursi (18,93 persen) dan PKS 57 kursi (10,18 persen) merupakan kursi dukungan yang sama-sama bisa menjadi bola liar. Sehingga kata dia, tarik ulur dalam pengendalian PKS dan Golkar dianggap penting oleh SBY.
"Mitra loyalis Demokrat yang lain seperti PAN dengan 46 kursi (8,21 persen), PPP 38 kursi (6,79 persen) dan PKB 28 kursi (5 persen) tidak cukup kuat sebagai basis dukungan," tegasnya.
Karena itu, Gun menerangkan, SBY cenderung akan memelihara PKS meskipun sesungguhnya marah dengan kenakalan partai yang dipimpin Anis Matta itu. Menurutnya, cara mendelegitimasi PKS adalah dengan membiarkannya terkatung-katung di dalam sangkar koalisi.
"Sehingga PKS bisa saja distigmastisasi sebagai partai tak konsisten karena menolak kenaikan BBM, tetapi menikmati juga kekuasaan," pungkasnya.(gil/jpnn)
PKS memilih menolak pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) tahun 2013. Sikap yang diambil PKS berseberangan dengan partai koalisi yang tergabung dalam Setgab.
"Praktis setelah mengambil sikap seperti ini, bola ada di SBY apakah akan mengambil cara ekstrin mengeluarkan PKS atau soft-strategy seperti sangat biasa menjadi pola pilihan SBY dalam mengelola perimbangan kekuatan di koalisi," kata Gun Gun saat dihubungi, Rabu (19/6).
Namun kalau Gun Gun melihat karena pertimbangan tarik ulur kekuatan nyata di DPR, sikap SBY tidak akan berubah. "Dia sepertinya lebih memilih mengambangkan posisi PKS, dan kalaupun ada sanksi saya memprediksi maksimalnya pergantian menteri di antara menteri-menteri PKS," ucapnya.
Dikatakan, SBY sadar betul modal 423 kursi (75,54 persen). Dukungan di DPR itu sesungguhnya rapuh dan bukan kekuatan loyalis. Golkar dengan 106 kursi (18,93 persen) dan PKS 57 kursi (10,18 persen) merupakan kursi dukungan yang sama-sama bisa menjadi bola liar. Sehingga kata dia, tarik ulur dalam pengendalian PKS dan Golkar dianggap penting oleh SBY.
"Mitra loyalis Demokrat yang lain seperti PAN dengan 46 kursi (8,21 persen), PPP 38 kursi (6,79 persen) dan PKB 28 kursi (5 persen) tidak cukup kuat sebagai basis dukungan," tegasnya.
Karena itu, Gun menerangkan, SBY cenderung akan memelihara PKS meskipun sesungguhnya marah dengan kenakalan partai yang dipimpin Anis Matta itu. Menurutnya, cara mendelegitimasi PKS adalah dengan membiarkannya terkatung-katung di dalam sangkar koalisi.
"Sehingga PKS bisa saja distigmastisasi sebagai partai tak konsisten karena menolak kenaikan BBM, tetapi menikmati juga kekuasaan," pungkasnya.(gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Lobi Arab Perbaiki Kontrak Kerja TKI
Redaktur : Tim Redaksi