jpnn.com - JAKARTA – Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menilai sikap yang ditunjukkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam dua minggu terakhir, semakin menguatkan dugaan SBY terlalu sibuk dengan urusan diri sendiri, keluarga dan partainya.
Padahal kata Ray, di tahun terakhir kepemimpinan yang ada, SBY seharusnya memberikan perhatian lebih banyak lagi kepada masyarakat. Sehingga hal positif yang dilahirkan dapat menjadi warisan bagi bangsa Indonesia yang tentu hal tersebut nantinya tidak akan terlupakan begitu saja.
BACA JUGA: Kritik SBY, Politisi Golkar Balik Diserang Kader Demokrat
“Sikap SBY dalam dua minggu terakhir ini tentu sangat kita sayangkan. Perbincangan kebangsaan kita semakin menyempit, visi kita makin mengerdil. Sikap SBY yang menyerang ke sana ke mari, dapat berimplikasi pada rasa tidak nyaman bagi banyak elemen bangsa. Pada tingkat tertentu, saya kira sikap ini dapat mendatangkan perpecahan kebangsaan,” katanya di Jakarta, Minggu (27/10).
Menurut Ray, faktor utama yang menjadi penyebab pernyataan-pernyataan SBY terkesan emosional, tidak lain karena dirinya rangkap jabatan. Di satu sisi ia merupakan Presiden Republik Indonesia. Sementara di sisi lain ia menjabat ketua umum partai. Akibatnya, banyak hal yang sejatinya tidak perlu ditangani maupun dikomentari, akhirnya terpaksa harus melibatkan dirinya.
BACA JUGA: Indonesia Komunitas Gelar Gerakan Cinta Tanah Air
“Kita semua akan dapat menjadi korban dari sikap SBY yang mulai sibuk dengan urusan diri, keluarga dan Partainya. Karena itu menurut saya, SBY sebaiknya fokus mengelola bangsa dengan waktu yang makin menipis,” katanya.
Bukan justru menunjukkan sikap jengkel, merasa dizalimi dan cemburu terhadap situasi yang menimpa dirinya, keluarga maupun partai politik PD, sebagaimana terlihat saat menanggapi pernyataan terdakwa kasus kuota impor daging sapi, Luthfi Hasan Ishaaq. SBY terkesan bereaksi begitu emosional ketika LHI menyebutnya kenal dengan Bunda Putri.
BACA JUGA: Tokoh Muda Parpol Bersaing jadi Capres Alternatif
“SBY marah besar dan menyangkal pernyataan itu. Bahkan untuk membuktikan dirinya tak terkait dengan Bunda Putri, ia sampai mengerahkan intelijen negara. Anehnya, tiba-tiba SBY (lewat orang-orang kepercayaannya, red) menyatakan identitas Bunda Putri tidak untuk konsumsi publik,” kata Ray.
Belum selesai SBY menjawab Bunda Putri, amarahnya mencuat terhadap mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan organisasi kemasyarakatan yang ia pimpin, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
Menurut Ray, kondisi ini seakan mengalihkan perhatian masyarakat. Di mana SBY menuduh Anas dan PPI hendak menghancurkan dirinya dan PD. Kesan tersebut tercermin dari SMS (Short Message Service) yang bededar luas di masyarakat. Dikatakan, SBY berjanji akan melakukan upaya menangkal fitnah-fitnah yang ada.
Tapi ketika simpati masyarakat mengalir ke Anas dan PPI, SBY kata Ray, malah menyerang pers sebagai aktor demokrasi. SBY merasa dirinya menjadi korban pemberitaan media yang tidak adil melihat prestasi-prestasi pemerintahannya.
“Pernyataan ini diulangi kembali pada pertemuan kader PD di Bogor, dan menambahkan adanya sikap partai yang tidak elok. Banyak kader partai (tidak hanya kader Partai Demokrat) yang terkena kasus korupsi, tapi menurut SBY hanya kasus yang menimpa kader PD saja yang jadi perhatian media,” ujarnya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Marzuki Nilai Heboh SMS SBY tak Penting
Redaktur : Tim Redaksi