JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) mengkritisi kasus kekerasan di Papua yang tak kunjung reda. Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menyayangkan sudah lebih dari 10 hari kasus penembakan yang menewaskan delapan anggota TNI dan 4 warga sipil di Papua, tapi belum juga menunjukkan tanda-tanda akan bakal terungkap.
"Benarkah penembakan itu dilakukan gerakan sparatis Papua? Jika benar, sudah begitu kuatkah gerakan sparatis tersebut sehingga aparat keamanan seakan tidak berdaya menghadapinya?" kata Neta Minggu (3/3).
Menurutnya, sudah seharusnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) peduli dengan peristiwa itu. Neta meminta SBY mendorong elit-elit pemangku keamanan seperti Polri segera mengungkapkan kasus itu.
Sayangnya, kata Neta, SBY justru lebih sibuk mengurus persoalan Partai Demokrat. "SBY jangan hanya terpaku pada kasus-kasus di Jakarta dan sibuk mengurusi internal partainya, Partai Demokrat," katanya.
Ditambahkannya, jangan sampai kematian delapan anggota TNI menjadi kematian sia-sia dan akan menimbulkan ketakutan tersendiri bagi aparat keamanan yang akan ditugaskan ke Papua lantaran kasus itu tak kunjung terungkap. Bahkan Neta menyebut penembakan yang terjadi pada 21 Februari lalu merupakan sejarah terburuk dalam sistem keamanan di Indonesia, khususnya di Papua.
Ironisnya, meski kasus itu belum ada tanda-tanda bakal terungkap, tapi di sisi lain Pemerintah SBY belum juga melakukan tindakan pada elit-elit keamanan yang bertanggungjawab. "Padahal seharusnya Presiden segera mencopot Kapolda dan Pangdam Papua serta mengevaluasi posisi Kapolri dan Panglima TNI," ungkapnya.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Video Kekerasan Densus 88 di Youtube, Brimob Diperiksa
Redaktur : Tim Redaksi