DAMASKUS - Korban akibat kekerasan dan perang saudara di Syria terus berjatuhan. Serangan brutal pasukan dan milisi loyalis Presiden Bashar al-Assad di Kota Homs menewaskan 106 orang, termasuk anak-anak dan wanita.
Serangan yang membawa banyak korban jiwa tersebut terjadi Selasa lalu (15/1), tetapi baru dilaporkan lembaga pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) kemarin (17/1). "Rezim Syria melakukan pembantaian lagi pada Selasa lalu. Militer dan loyalis rezim melancarkan serangan selama 24 jam di Kota Homs dan sekitarnya," tutur Rami Abdulrahman, direktur SOHR kemarin.
Pembantaian tersebut terjadi di kawasan pertanian yang terletak di antara akademi militer, pos penjagaan militer, dan sebuah kawasan industri di utara Homs. Berdasar data dan laporan para aktivis di lapangan, SOHR menuturkan bahwa sebagian korban dibakar dalam keadaan hidup-hidup di rumah mereka. Sebagian yang lainnya ditembak mati atau ditusuk saat pro-Assad menyerbu Distrik Basatin al-Haswiya, wilayah miskin di Kota Homs.
Laporan itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen. Sebab, pemerintah Syria melarang media asing masuk ke negara tersebut untuk meliput dan memantau langsung.
"Kami mengantongi nama-nama 14 orang sekeluarga, termasuk tiga anak-anak, yang menjadi korban serangan itu. Kami juga punya informasi bahwa beberapa keluarga kehilangan seluruh anggotanya. Bahkan, satu klan keluarga yang beranggotakan 32 orang tewas," tutur Abdulrahman. Dia mendesak supaya PBB menyelidiki pembantaian itu.
Sementara itu, media pro-pemerintah Syria Al Watan kemarin melaporkan bahwa militer Assad berhasil merebut dan menguasai wilayah lebih luas di Homs. Namun, klaim tersebut dibantah oleh oposisi di lapangan.
Selama ini Kota Homs dijadikan oposisi sebagai pusat revolusi dan perlawanan atas rezim Assad. Homs tercatat sebagai terbesar ketiga sekaligus paling strategis di Syria. Wilayah kota itu terletak di dekat jalur perbatasan dengan Lebanon dan Iraq. Di bagian baratdaya, tidak terlalu jauh dari Damaskus, ibu kota Syria.
Dalam perkembangan lain, serangan udara terbaru yang dilancarkan militer Syria di selatan Damaskus kemarin (17/1) menewaskan 11 orang. Di antara para korban tewas, terdapat tujuh anak-anak. "Tujuh bocah perempuan, tiga perempuan dewasa, dan seorang pria tewas dalam serangan udara tersebut," jelas Abdulrahman.
Sejumlah pesawat tempur Syria juga menembakkan tiga rudal di Distrik Husseiniyyeh, barat Provinsi Damaskus, kemarin. Distrik tersebut merupakan tempat penampungan bagi warga Palestina dan Syria. Mereka mengungsi dari wilayah yang dikuasai Israel di Dataran Tinggi Golan. Pertempuran juga pecah di wilayah pinggiran Damaskus, yang dikuasai oposisi, sejak Rabu malam (16/1). (RTR/AFP/cak/dwi)
Serangan yang membawa banyak korban jiwa tersebut terjadi Selasa lalu (15/1), tetapi baru dilaporkan lembaga pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) kemarin (17/1). "Rezim Syria melakukan pembantaian lagi pada Selasa lalu. Militer dan loyalis rezim melancarkan serangan selama 24 jam di Kota Homs dan sekitarnya," tutur Rami Abdulrahman, direktur SOHR kemarin.
Pembantaian tersebut terjadi di kawasan pertanian yang terletak di antara akademi militer, pos penjagaan militer, dan sebuah kawasan industri di utara Homs. Berdasar data dan laporan para aktivis di lapangan, SOHR menuturkan bahwa sebagian korban dibakar dalam keadaan hidup-hidup di rumah mereka. Sebagian yang lainnya ditembak mati atau ditusuk saat pro-Assad menyerbu Distrik Basatin al-Haswiya, wilayah miskin di Kota Homs.
Laporan itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen. Sebab, pemerintah Syria melarang media asing masuk ke negara tersebut untuk meliput dan memantau langsung.
"Kami mengantongi nama-nama 14 orang sekeluarga, termasuk tiga anak-anak, yang menjadi korban serangan itu. Kami juga punya informasi bahwa beberapa keluarga kehilangan seluruh anggotanya. Bahkan, satu klan keluarga yang beranggotakan 32 orang tewas," tutur Abdulrahman. Dia mendesak supaya PBB menyelidiki pembantaian itu.
Sementara itu, media pro-pemerintah Syria Al Watan kemarin melaporkan bahwa militer Assad berhasil merebut dan menguasai wilayah lebih luas di Homs. Namun, klaim tersebut dibantah oleh oposisi di lapangan.
Selama ini Kota Homs dijadikan oposisi sebagai pusat revolusi dan perlawanan atas rezim Assad. Homs tercatat sebagai terbesar ketiga sekaligus paling strategis di Syria. Wilayah kota itu terletak di dekat jalur perbatasan dengan Lebanon dan Iraq. Di bagian baratdaya, tidak terlalu jauh dari Damaskus, ibu kota Syria.
Dalam perkembangan lain, serangan udara terbaru yang dilancarkan militer Syria di selatan Damaskus kemarin (17/1) menewaskan 11 orang. Di antara para korban tewas, terdapat tujuh anak-anak. "Tujuh bocah perempuan, tiga perempuan dewasa, dan seorang pria tewas dalam serangan udara tersebut," jelas Abdulrahman.
Sejumlah pesawat tempur Syria juga menembakkan tiga rudal di Distrik Husseiniyyeh, barat Provinsi Damaskus, kemarin. Distrik tersebut merupakan tempat penampungan bagi warga Palestina dan Syria. Mereka mengungsi dari wilayah yang dikuasai Israel di Dataran Tinggi Golan. Pertempuran juga pecah di wilayah pinggiran Damaskus, yang dikuasai oposisi, sejak Rabu malam (16/1). (RTR/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Apartemen Ambruk, Pemiliknya Dibekuk
Redaktur : Tim Redaksi