Sebagian Warga di Sekitar Gunung Sangeangapi Tolak Mengungsi

Senin, 02 Juni 2014 – 15:15 WIB

jpnn.com - BIMA - Tidak semua warga yang bermukim di dekat Gunung Sangeangapi, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungsi. Sebagian warga memilih untuk bertahan, meski sudah berkali-kali diimbau pemerintah untuk pindah ke tempat lebih aman.

Camat Wera Kabupaten Bima, Sulfan Akbar mengaku, sebagian warga masih ada yang bertahan, meski debu vulkanik terus menguyur pemukiman mereka. Alasan mereka bertahan karena ingin menyelamatkan ternak dan harta bendanya.

BACA JUGA: Bupati Banyuwangi Diskusi Soal Daya Saing Bersama Taruna TNI dan IPDN

"Sebagian sudah kami ungsikan, tapi sebagian lagi masih ada yang bertahan," kata Sulfan, seperti dilansir Lombok Pos (JPNN Grup), Senin (2/6).

Bagi warga yang mengungsi, pemerintah telah menyediakan lokasi khusus. Hanya saja, warga cenderung pindah ke rumah sanak saudaranya, ketimbang mengungsi dilokasi pengungsian milik pemerintah.

BACA JUGA: Lewat Fotografi, Proteksi Seni Budaya Negeri Sendiri

"Prioritas kami, warga yang diungsikan yakni Desa Sangeang Barat, Oi Tui, Tadei, dan Desa Pai. Karena jaraknya rata-rata empat hingga lima kilometer dari pusat letusan," ujarnya.

Ia menegaskan, bagi warga yang tinggal pada radius lima kilometer harus steril. Sebab, Gunung Sangeangapi masih  mengeluarkan abu vulkanik. Abu pasir dan kerikil terus menyebar ke pemukiman penduduk. "Hujan abu dan pasir masih berlangsung," akunya.

BACA JUGA: Aktivis di Jabar Dukung Jokowi-JK

Dikatakan, jika terjadi erupsi yang membahayakan penduduk, pihaknya akan mengungsikan sekitar 15 ribu penduduk di Kecamatan Wera. Warga yang diutamakan untuk dievakuasi orang tua dan anak anak.

"Belasan orang lanjut usia dari sejumlah desa di Kecamatan Wera, kami jemput dari rumah mereka. Ini untuk mengantisipasi terjadinya erupsi susulan," ujar dia.

Mereka dibawa ke rumah keluarganya di desa lain yang jaraknya jauh dari Sangiangapi. Kemungkinan, mereka akan dipindahkan ke kecamatan lain, seperti Kecamatan Ambalawi.

"Sejauh ini belum ada keluhan gangguan kesehatan dari sejumlah warga lanjut usia tersebut," bebernya.

Ia menambahkan, pascaletusan Jumat lalu (30/5), lapangan sepak bola di Desa Tawali sudah dipenuhi warga. Mereka masih takut dan panik dengan letusan gunung Sangiangapi. "Mereka trauma dan bercampur takut," ungkap Sulfan. (mis)

BACA ARTIKEL LAINNYA... LAKI Desak KPK Usut Kasus Pengadaan Bus Pekanbaru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler