jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menilai Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak pantas menjadi pemimpin di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Menurut Dedi, ada ganjalan etika dan adiministrasi terhadap mantan gubernur DKI Jakarta itu mengingat yang bersangkutan merupakan mantan narapidana penodaan agama.
BACA JUGA: Bursa Calon Dirut PLN: Arief Poyuono Dukung Ahok atau Sandiaga Uno?
"Sebaik apa pun dan seprestasi apa pun, Ahok tidak memenuhi kelayakan etika dan administratif. Negara harus menghormati itu, jangan sampai negara diatur secara subyektif, hanya karena persoalan personal," kata Dedi kepada JPNN.com, Senin (18/11).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion ini juga melihat masih banyak tokoh lain yang bisa didorong menjadi pemimpin atau mengelola salah satu unit usaha di BUMN. Sementara wacana pemilihan Ahok merupakan dosa terburuk negara.
BACA JUGA: Jangan Gaduh Lagi gara-gara Ahok Bakal jadi Bos BUMN
"Dilematis membincang Ahok, seolah negara ini kekurangan tokoh berintegritas tanpa kontroversi. Dari sisi administrasi maupun etika politik, jelas Ahok tak masuk kriteria pengisi jabatan publik, terlebih vital," jelas dia.
Selain punya catatan pidana, kata Dedi, Ahok juga kader partai politik. Karena itu, Dedi menyarankan Presiden Joko Widodo untuk memilih kandidat lain.
BACA JUGA: Ahok Dikaitkan Kasus Sumber Waras, nih Respons Arief Poyuono
"Semestinya itu saja cukup untuk memgambil kesimpulan layak atau tidak Ahok berada di jajaran BUMN," tegas Dedi. (tan/jpnn)
Redaktur : Adil
Reporter : Adil, Fathan Sinaga