jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membeberkan kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia sepanjang 2020 sampai 2024.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rionald Silaban menyebutkan dana pembangunan infrastruktur dibutuhkan sebesar Rp6.445 triliun.
BACA JUGA: Percepat Pembangunan Infrastruktur, Ganjar Pamer Bangun 9 Fly Over dan Underpass di Jateng
"Dalam rangka mengejar pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, kita tahu pembangunan infrastruktur butuh pendanaan besar," katanya dalam Sosialisasi UU Cipta Kerja terkait Lembaga Pengelola Investasi di Jakarta, Rabu (5/10).
Rio menuturkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hanya mampu memenuhi sebesar 37 persen dari total kebutuhan pendanaan infrastruktur tersebut.
BACA JUGA: Jokowi Beri Kemudahan Pemerintah Daerah Untuk Bangun Infrastruktur
Selanjutnya, badan usaha milik negara (BUMN) akan mengisi kebutuhan pendanaan pembiayaan infrastruktur itu dengan porsi sebesar 21 persen.
Kemudian, untuk porsi 42 persen dari total kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur dari 2020 sampai 2024 akan dipenuhi swasta.
BACA JUGA: Jokowi Dinilai Berhasil Wujudkan Infrastruktur Merata di Seluruh Daerah
"APBN tidak cukup untuk memenuhi itu semua. APBN hanya sekitar 37 persen dan BUMN 21 persen, sehingga kita harapkan swasta bisa memenuhinya," katanya.
Pembangunan infrastruktur ini akan mengoptimalisasi sebanyak 165 juta middle class dan aspiring middle class yang memiliki potensi sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
"Dari potensi proyek domestik, potensi proyek kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) infrastruktur di bidang pekerjaan umum dan perumahan sepanjang 2020-2024 mencapai Rp 541 triliun," ungkap Rio.
Pertumbuhan Ekonomi Konsisten
Menurut Rio, pembangunan infrastruktur ini sangat penting untuk mengoptimalkan potensi pertumbuhan ekonomi.
Dia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten di atas lima persen selama kurun waktu 2016 sampai 2022, kecuali ketika mengalami krisis pandemi Covid-19.
Kendati demikian, saat ini PDB riil telah kembali ke level prapandemi karena didukung oleh konsumsi, investasi, ekspor, dan manufaktur.
"Pemerintah telah berani menargetkan pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan mencapai 5,3 persen, sehingga menandakan bahwa masa pemulihan di Indonesia semakin terakselerasi," ucap Rio. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul