jpnn.com, JAKARTA - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) mengusulkan biaya haji 2025 reguler dengan komposisi 70 persen dana jemaah dan 30 persen subsidi pemerintah.
Menurut anggota Badan Pelaksana BPKH Sulistyowati, usulan komposisinya sama seperti tahun lalu. Namun, saat itu yang disetujui Komisi VIII DPR RI komposisinya 60 : 50
BACA JUGA: Gelar Hajj Run 2024, BPKH Persiapkan Fisik untuk Calon Haji Sejak Dini
"Biaya haji 2024 Rp 93,4 juta di mana yang harus dibayar jemaah 60 persennya. Tahun ini, kami usulkan biaya haji 2025 tidak jauh dari tahun lalu, palingan sekitar Rp 98 juta karena DPR RI enggan dengan 3 digit, " terang Sulistyowati dalam forum Simposium Keuangan dan Ekonomi Syariah yang diselenggarakan Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi) di Jakarta, Kamis (26/9).
Dia menegaskan semangat BPKH agar biaya haji 100 persen ditanggung jemaah, karena berhaji itu hanya untuk orang yang mampu.
BACA JUGA: BPKH Naikkan Distribusi Nilai Manfaat Jemaah Haji Tunggu Jadi Rp 4,4 Triliun pada 2025
Itu sebabnya secara bertahap komposisi biaya haji yang dibayar jemaah bertambah. Biaya Haji 2025 komposisinya 70 persen ditanggung jemaah hingga nanti 100 persen.
"Kami berharap DPR RI setuju usulan kami untuk komposisi 70 : 30," ucapnya.
BACA JUGA: BPKH Minta Subsidi Haji Diturunkan Menjadi 30 Persen
Lebih lanjut dikatakan, antrean haji reguler di Indonesia cukup panjang, sampai sekitar 20 tahun bahkan lebih.
Di tengah panjangnya antrean haji, BPKH mengajak masyarakat untuk daftar haji di usia muda. Supaya kondisi fisiknya tetap prima, saat berhaji kelak.
Pejabat yang akrab disapa Lilies itu mengatakan, haji adalah ibadah yang membutuhkan fisik prima.
"Haji itu ibadah yang 80 persen aktivitas fisik," katanya.
Dengan masa tunggu yang cukup panjang, dia mengatakan masyarakat dianjurkan daftar haji saat usia muda.
Sehingga meskipun antreannya panjang, saat berangkat haji nanti masih berusia muda dan memiliki stamina yang prima.
Dia menjelaskan masih ada kecenderungan orang mendaftar haji ketika usia pensiun. Akibatnya saat berangkat haji nanti, usianya sudah cukup tua.
Dengan simulasi usia pensiun di umur 60 tahun kemudian antreannya 30 tahun, maka yang bersangkutan akan haji di umur 90 tahun. Tentu sudah cukup tua.
Lilies mengatakan di Malaysia antrean hajinya jauh lebih panjang dari Indonesia.
"Di Malaysia antrenya seratus tahun lebih," katanya.
Namun, menariknya yang daftar tetap banyak. Ternyata karena orang Malaysia meyakini dengan niat dan mendaftar haji, itu sudah sama dengan haji. Perkara usia apakah nutut atau tidak, itu merupakan urusan Allah.
Simposium Keuangan dan Ekonomi Syariah ini didukung oleh PT Pertamina (persero), Badan Pengelola Kuangan Haji (BPKH), PT Rintis Sejahtera (PRIMA), PT Hutama Karya, Yayasan Jala Surga, PT Semen Indonesia (SIG), Yayasan Amaliah Astra, PT Jasa Raharja, dan PT Pelindo. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad