Sebelum Latihan, Legenda Timnas Ini Kulakan Sayur Dulu

Minggu, 08 Maret 2015 – 16:19 WIB
istimewa

jpnn.com - SIDOARJO- Sejak pertama kali menapakkan kaki di Karanggayam-Mes Persebaya Surabaya-di awal 1995 silam, Uston Nawawi sudah menyadari bahwa usia produksi atlet tidak panjang.

 

Sembari menikmati kepercayaan berseragam Persebaya, pesepak bola kelahiran Klagen, Sukodono, Sidoarjo itupun tak melupakan masa senjakalanya. Sejak hari itu juga Uston telah memikirkan investasi untuk kehidupan selepas tak bermain bola.

BACA JUGA: Tuntutan Simeone pada Atletico, Gaet Cavani atau Pergi

Mula-mula yang terlintas di benaknya adalah membeli sawah. Pikiran itu tak lepas dari tempat asalnya. Klagen tempatnya dilahirkan dan dibesarkan banyak di keliling sawah. Maka gaji yang diterimanya dari jerih payahnya di Persebaya sebagian ditabung untuk kemudian dibelikan sawah.

BACA JUGA: Menang Tipis dalam Munaslub, Raja Sapta Oktohari Pimpin PB ISSI

Kini Uston memiliki puluhan sawah di Sukodono dan Wonoayu, Sidoarjo. "Jumlahnya berapa hektar saya tidak begitu mengingatnya," katanya pada Jawa Pos (induk JPNN).

Tapi, yang jelas sejak beberapa tahun lalu, dari sawah-sawah itu mengalir pundi-pundi ke rupiah tabungannya. "Sawahnya dikerjakan oleh keluarga di Klagen dan beberapa orang lainnya," tambah istri Uston, Deny Rahmawati.

BACA JUGA: Madrid Tumbang, Barca Punya Kans Puncaki Klasemen

Investasi Uston tidak hanya sawah. Jauh hari sebelum dirinya benar-benar menepi dari lapangan hijau, pemain yang saat ini telah berusia 37 tahun itu juga membangun bengkel bubut. Letaknya di Klagen. Dari tempat itu, dikerjakan berbagai pesanan pelanggan. Seperti mur dan baut.

Tak jauh dari bengkel bubutnya, Uston membangun lapangan futsal pada akhir tahun 2000-an. Namanya K2 merupakan akronim dari Klagen Kulon. Lapangan futsal itu tak pernah sepi. "Kondisinya memang tidak seramai pada awal dibangun dulu. Sebab, saat ini banyak pesaingnya. Tapi, hasilnya tetap bisa untuk menopang hidup," terangnya.

Cukup itu usaha? Tidak. Bersama sang istri, bapak tiga anak tersebut saat ini juga mengelola sebuah rumah makan bernama Sri Raras di kawasan Sidoarjo Kota. Rumah makan itu memang bukan dibangun sendiri oleh Uston. Sri Raras dirintis mertuannya, almarhumah Sri Budianto Abadi, awal tahun 2000.

Namun, selepas berpulangnya sang mertua, Uston dan istrinya kemudian meneruskan usaha tersebut. Bahkan, rumah makan tersebut kini berdiri jauh lebih besar dari awalnya. Pada 2012 lalu, Uston merenovasinya. Perbaikan yang memakan waktu setahun itu menelan biaya tak kurang dari Rp 1 miliar.

Di rumah makan berukuran 2.200 meter persegi itulah Uston kini "berkantor". Mantan gelandang tim nasional tersebut memang masih bermain bola. Saat ini, Uston sedang menjalin komunikasi dengan Persepam Madura United. Alumnus PSSI Bareti tersebut menegaskan ingin bermain satu musim lagi.

Kendati begitu, Uston juga telah membiasakan diri menjalankan usahanya dari kantornya di rumah makan Sri Raras. Proses membiasakan diri itu tidak hanya sekedar duduk manis di belakang meja. Uston juga pergi ke pasar. "Kalau belanjanya dalam porsi besar, saya sendiri yang kulakan ke Pasar Porong," ungkapnya.

Dengan kulakan sendiri Uston bisa mengontrol pengeluaran. Dengan kulakan sendiri Uston juga tidak segan menawar barang belanjaannya. "Lumayan lho, kalau belanja sendiri. Biasanya satu kilo sayur bisa selisih Rp 5.000," paparnya.

Uston biasanya pergi ke pasar selepas pukul 12.00 dan sampai kembali di rumah makannya pukul 14.00. "Istirahat sebentar lalu berangkat latihan. Saya harus melakukan ini semua karena saya sadar bahwa masa produktif sebagai atlet itu tidak panjang. Sedini mungkin kita harus menyiapkan hari depan," ujarnya. (fim/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Atletico vs Valencia, Demi Tiket Liga Champions


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler