Sebelum Meninggal, Minta si Putri Segera Menikah

Selasa, 14 September 2010 – 09:33 WIB

 Kepergian Jhoni Malela, pria tunanetra yang tewas saat ikut antre open house di Istana Negara pada Jumat lalu (10/9), mengukir kepedihan mendalam pada putri semata wayangnya, Nova NovisdaGadis 18 tahun itu pun menceritakan firasatnya

BACA JUGA: Warisan Miliaran, tapi Tak Sampai Berebut


 
 ARI MAULANA, Garut


Di Garut, Jhoni tidak memiliki rumah
Dia dan istri, Euis Rusmiyati, serta putrinya, Nova Novisda, menumpang di rumah kakak iparnya, Ceng Wawan

BACA JUGA: Kisah Para Istri Kustoro Raharjo setelah Lelananging Jagad Itu Meninggal (1)

Rumah di Kampung Gagak Lumayung Sukaregang, Kecamatan Garut Kota, tersebut berbeda dari milik tetangganya.  Rumah tersebut tak punya ruang tamu
Di bagian depan, hanya ada satu jendela

BACA JUGA: Dulu Dengar Wejangan, Kini Ziarah di Kuburan

Rumah petak itu hanya berukuran sekitar 5 x 5 meter
 
Jenazah Jhoni tiba di rumah duka itu pada Sabtu (11/9) pukul 01.30Esoknya (12/9) pukul 09.30, jenazah Jhoni baru dibawa ke TPU Sukaregang yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah dukaUntuk menuju TPU, rombongan pengiring jenazah harus melewati gang sempitLalu, masuk jalan protokol Lumayung yang merupakan sentra industri kulit.
 
Di ujung gang, sudah disediakan ambulans bantuan dari Pemkab GarutNamun, rekan Jhoni menolak jenazah temannya dibawa dengan ambulans menuju tempat pemakamanMereka ingin melepas jenazah Jhoni dengan berjalan kakiAlasannya, jalan kaki merupakan bentuk penghargaan kepada Jhoni yang juga ketua Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia Provinsi Banten
 
Almarhum yang sehari-hari membuka klinik pijat di daerah Ciputat itu dikenal sebagai sosok yang gigih memperjuangkan derajat warga tunanetra"Selama hidupnya, Jhoni dikenal sebagai sosok yang gigih dan tidak kenal lelah memperjuangkan para tunanetra," jelas Yayat Ruhiyat, ketua Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia
 
Akhirnya, keluarga pun tidak bisa berbuat apa-apaJenazah Jhoni diantar keluarga dan rekan-rekannya ke tempat peristirahatan terakhir dengan berjalan kaki.Putri semata wayang almarhum, Nova Novisda, 18, masih tampak sangat berduka saat jenazah ayahnya dimakamkanMenurut Euis, Nova memang sangat dekat dengan ayahnya semasa masih hidupBahkan, dua minggu sebelum meninggal, Jhoni berpesan kepada Nova agar segera menikah.
 
"Almarhum minta Nova segera menikah karena dirinya segera pergiSelain itu, Nova diminta berlebaran di Jakarta agar bisa ikut open house dan bersalaman dengan Presiden SBY," ungkapnya saat ditemui di rumah duka beberapa saat sebelum jenazah dilepasSebagai bentuk keseriusan agar Nova segera menikah, Jhoni membelikan putri tercintanya itu televisi, VCD player, hingga active speakerHadiah Lebaran tersebut disiapkan Jhoni untuk bekal anaknya berumah tangga kelak.
 
"Nova juga merasa aneh karena tahun-tahun sebelumnya ayahnya tidak pernah memberikan hadiah saat Lebaran," ucap EuisTampaknya, itulah yang dianggap sebagai firasat.Sepeninggal suaminya, Euis tidak akan kembali ke CiputatDia akan tinggal di Garut bersama NovaMereka akan menumpang di rumah Ceng Wawan, kakak kandung Euis"Kembali ke Jakarta percuma saja jika harus seorang diri tanpa suami," tegasnya.
 
Euis sempat mengisahkan detik-detik terakhir sebelum suaminya meninggalSaat mengantre tiga jam di depan gerbang istana, Jhoni sempat mengeluh haus dan capaiLalu, Euis memberi dia minum air mineral yang dibawaTidak lama kemudian, Jhoni ingin buang air kecilKarena tidak ingin meninggalkan antrean, dia kencing di botol air mineral sambil antreTidak lama kemudian, Jhoni mengeluh pusing dan akhirnya pingsan.
 
"Almarhum sempat mengeluh pusing dan akhirnya pingsan dalam antreanDia sempat dibawa ke rumah sakit, namun ternyata meninggal," ujarnya lirih.Euis merasa kecewa kepada panitia open house yang tidak memperhatikan keamanan pengunjungKarena itu, dirinya meminta pihak Istana Presiden memperhatikan masalah keamananTerutama untuk warga tunanetraSebab, tahun-tahun sebelumnya, pengantre tunanetra dipisah dari warga biasa.
 
"Saya masih sakit hati atas kejadian tersebutMemang acaranya bagus bisa ketemu langsung dengan presidenJika ingin mengadakan lagi (open house), istana harus lebih memperhatikan keamanan," tegasnya.Tahun lalu, kata Euis, untuk bisa mengikuti antrean, dirinya dituntun oleh seorang warga normalSetiap penuntun diikuti enam tunanetra yang saling bergandengan tangan selama dalam antreanTujuannya, para tunanetra tidak tertinggal.
 
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Tunanetra Yayat Ruhiyat juga kecewa atas pengamanan pihak istana saat acara open house tahun iniSebab, pihak rumah tangga istana tidak bisa mengantisipasi membeludaknya pengunjungPadahal, acara tersebut telah dilakukan tiap tahun.
 
Tahun sebelumnya, ada jalur khusus untuk penyandang tunanetra yang mengikuti acara open houseTahun ini, penyandang tunanetra harus mengantre di jalur yang sama dengan warga biasa"Ini harus jadi pelajaran dan evaluasi bagi pihak istanaJangan sampai kejadian seperti ini terulang tahun depan," ujarnya(c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Baasyir Nasihati Ariel Agar Bertaubat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler