Nelayan Asia Tenggara sering mengunjungi kawasan utara Australia sejak tahun 1700, beberapa dekade sebelum kedatangan bangsa Eropa. Mereka menjalin hubungan dengan kelompok Pribumi Australia, ikut memengaruhi bahasa, serta membangun hubungan dagang.
CATATAN: Keluarga Gurrumul Yunupingu telah memberikan izin penggunaan foto dan namanya dalam berita ini.
BACA JUGA: Mantan Menteri Diselidiki Karena Diduga Membantu Temannya MenangkanTender Proyek
Lagu berjudul Bayini yang diciptakan oleh Rraywun Maymuru mengingatkan kita akan sejarah persahabatan antara warga Pribumi Aborigin Australia dengan nelayan Makassar.
Lagu ini pernah dibawakan oleh penyanyi Australia Sarah Blasko dan Delta Goodrem dan kini dinyanyikan ulang oleh Dian asal Makassar dengan suara Rraywun, sang pencipta lagu yang sudah meninggal.
BACA JUGA: Argentina vs Australia: Lionel Messi Ukir Catatan Unik
Dalam lagu tersebut mereka menceritakan suku Yolngu, penduduk asli Australia yang bermukim di wilayah timur laut Arnhem Land di utara Australia.
Lagu tersebut juga memiliki kisah tentang seorang perempuan yang ditangkap karena melakukan tindak kejahatan dalam perjalanan ke Laut Timor.
BACA JUGA: 3 Fakta Menarik Menjelang Duel Argentina vs Australia, Nomor 2 Warning Bagi Tim Tango
Sebagai hukuman, ia diikat dengan rantai dan batu lalu dilempar ke laut.
Akhirnya, arwahnya hanyut di Arnhem Land, mengambil rupa djilawurr, spesies 'orange-footed scrubfowl' atau dalam bahasa Indonesia burung gosong kaki-merah, yang besarnya hampir sama dengan ayam.
Bagi orang-orang Yolngu di kawasan Australia Utara, burung ini menjadi simbol dari sebuah hubungan.
Hubungan erat bangsa Pribumi Australia dengan Indonesia inilah yang jarang diketahui oleh banyak warga di Australia.'Suatu kehormatan'
Sesaat setelah mendarat di Kawasan Australia Utara, Dian duduk di studio rekaman Skinnyfish di Darwin.
Di tempat yang sama inilah Gurrumul menyanyikan karya populernya, sebelum kemudian meninggal di tahun 2017.
Dian datang ke Australia akhir November, bertepatan dengan peluncuran lagu Bayini versinya.
Dian mengaku "tidak bisa berkata-kata" ketika diberikan kesempatan untuk menyanyikan lagu tersebut dalam bahasa Makassar bersama Gurrumul.
"Perasaannya bercampur aduk", katanya soal kolaborasi ini.
"Saya berduet dengan seseorang yang sudah tidak ada," kata Dian.
"Saya mempelajari lagu ini sendiri ketika sedang membicarakan rencana untuk memproduksinya dengan Skinnyfish ... tapi dalam bahasa dari dua kebudayaan: Indonesia dan Australia."
Dian mengatakan kesempatan untuk berkolaborasi dalam proyek yang melambangkan hubungan kedua kebudayaan yang tidak bisa dilupakan.
"Saya merasakan koneksi dengan lagu ini, merupakan suatu kehormatan ketika mengetahui bahwa ini adalah lagu Gurrumul. Gurrumul adalah sosok yang besar dan terkemuka di Australia," ujar Dian.
"Musik saya dan Gurrumul sangatlah berbeda."
Menurutnya, karya musiknya dapat ditemukan di mana-mana, sementara karya Gurrumul merupakan musik yang "sederhana namun memiliki makna yang dalam."Warisan abadi Gurrumul
Michael Hohnen merupakan produser Gurrumul.
Ia ingat sekali ketika Gurrumul pergi ke Makassar untuk menampilkan lagu Bayini.
"Kami tidak pernah merekam versi ini pada waktu itu," katanya.
Menurut Michael, perilisan versi lagu dalam bahasa Makassar ini akan memperkenalkan musik Gurrumul ke penikmat musik internasional dan melanjutkan warisannya.
"Kami sangat dekat, jadi saya selalu senang mengerjakan materinya, terutama karena saya memahami cara berpikir dan bekerja Gurrumul," kata Michael.
"Bila mengutip pamannya Djunga Djunga, yang seperti juru bicaranya selama hidup, ia mengatakan karyanya mencoba menceritakan kepada dunia sebanyak mungkin tentang kebudayaan Yolngu."Hubungan kedua kebudayaan dibangkitkan
Hubungan Makassar dengan negara bagian utara Australia sudah banyak dipelajari, namun kapan persisnya hubungan ini dimulai masih diperdebatkan.
Sebagian percaya kontak dengan warga Pribumi Australia sudah dilakukan selama berabad-abad sebelum kedatangan bangsa Eropa.
Lebih tepatnya ketika nelayan Asia Tenggara menemukan dan mulai membudidayakan teripang di pesisir Australia.
Hubungan ini berlangsung selama dua hingga tiga abad sampai tahun 1900-an, bahkan dua kebudayaan ini jug memiliki bahasa dan cerita yang sama.
Dr Lily Yulianti Farid yang berasal dari Makassar meneliti perjumpaan nelayan dengan warga Aborigin di Monash University, Melbourne.
Ia mengatakan sejarah perdagangan antar keduanya tidak diketahui secara luas di Australia dan sudah dilupakan di Makassar.
Menurut Lily, peristiwa ini merupakan "catatan kaki dalam sejarah mainstream", dan berharap agar bisa diajarkan di sekolah.
Produksi lagu Bayini dalam caranya tersendiri telah membangkitkan semangat hubungan ini.
Salah satu proses produksi lagu dikerjakan di Indonesia dan Darwin, sementara liriknya dibagi antara Gurrumul dan Dian.
Ini menjadi kesempatan tidak hanya untuk "membangkitkan sejarah", ujar Lily, "tapi untuk memikirkan bagaimana kita bisa membentuk masa depan dengan mempelajari masa lalu."
"Ini adalah hal yang spesial, karena Dian menyanyikan lagunya dalam bahasa daerah juga, yaitu Makassar," kata Lily.
Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris
BACA ARTIKEL LAINNYA... Piala Dunia 2022: Argentina vs Australia, Raksasa Melawan Barisan Kanguru Bernyali