JAKARTA - Dua puluh unit kereta api listrik (KRL) yang tiba dari Jepang April lalu, belum dapat dioperasikan hingga kini. Meski telah selesai menjalani perakitan ulang, kereta yang akan memperkuat jaringan komuter Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodetabek) itu belum mengantungi sertifikasi dari Kementerian Perhubungan.
"Proses sertifikasi sedang dilakukan sehingga belum dapat dioperasikan," ujar Manajer Komunikasi Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa.
Kemarin (15/5), lalu, sepuluh unit KRL tambahan juga telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Kereta yang dibawa dengan kapal MV Eastern Frontier tersebut akan dirakit di Stasiun Pasoso, kompleks pelabuhan sebelum dibawa ke Balai Yasa Manggarai untuk perakitan interior dan eksterior.
Tiga puluh kereta api tersebut merupakan bagian dari impor 130 unit kereta bekas yang didatangkan sejak tahun lalu. Kereta tersebut dioperasikan untuk meningkatkan kapasitas angkut penumpang dari 400 ribu per hari menjadi 1,2 juta penumpang per hari pada 2019. "Kita membutuhkan setidaknya seribu kereta dari 418 unit yang kita miliki saat ini," terang Sekretaris Perusahaan KCJ Makmur Syaeran.
Selain menambah kekuatan, gerbong-gerbong kereta tersebut juga untuk memperkuat keandalan jaringan kereta ketika terjadi kerusakan. Saat ini, sekitar 60 unit kereta komuter tidak beroperasi karena rusak. Akibatnya, penumpang kereta api komuter menurun dari 130 juta pada 2009 menjadi 123 juta orang pada 2010. "Dengan perbaikan pelayanan, kita berharap jumlah penumpang kereta komuter meningkat 10 persen tahun ini," terangnya.
Untuk menghadapi proyeksi ledakan penumpang kereta api, selain menambah armada, KCJ juga akan meningkatkan kapasitas stabling atau tempat parkir kereta, gardu listrik, persinyalan, peninggian dan perpanjangan peron, serta penambahan kapasitas perawatan sarana. (wir/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dirut Merpati Janji 6 Bulan ke Depan Untung
Redaktur : Tim Redaksi