jpnn.com, JAKARTA - Stephanie Handojo (30 tahun), seorang penyandang disabilitas intelektual tampil memukau di acara peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021 yang dilaksanakan Kementerian Sosial.
Jari jemarinya mantap menekan setiap tuts piano, mengalunkan instumen 'Kiss The Rain' karya Yurikuma, musikus, komponis sekaligus pianis berkebangsaan Korea.
BACA JUGA: Kemensos Gelar HDI 2021, Bu Risma Apresiasi Karya Penyandang Disabilitas
Penampilan Stephanie tersebut seketika menyihir para hadirin, dan mengundang decak kagum karena buaian melodinya.
Stephanie dan ibunya yang bernama Maria dihadirkan di acara HDI 2021 untuk berbagi inspirasi bersama Plt Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat.
BACA JUGA: Kemensos Dorong Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas dengan 3 Strategi Ini
Awal prestasinya dibuka dengan Rekor Muri Anak Berkebutuhan Khusus yang memainkan 22 lagu secara nonstop dengan piano pada 2009 di Semarang, Jawa Tengah.
Tahun berikut, si anak spesial dari Tuhan, sebutan untuk Stephanie, kembali meraih prestasi renang di ajang Singapore National Games.
BACA JUGA: Risma Beber Alasan Perlunya Kemensos Bangun Command Center Seperti di Surabaya
Dia juga sukses meraih medali emas di 'Special Olympics World Summer Games di Athena', Yunani.
Tidak kalah membanggakan, Stephanie juga menjadi salah satu pemegang obor Olympiade London 2012 di Nottingham.
Ia terpilih melalui program Internasional Inspiration yang dipilih oleh Unicef dan British Council, terpilih dari 12 juta anak dari 20 negara, Stephanie satu-satunya anak berkebutuhan Khusus.
Prestasinya terus melaju hingga mendapat penghargaan sebagai Atlet Berprestasi Nasional 2017 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Meraih 1 medali emas kategori single dan 1 medali perak kategori double bidang bowling di Pornas SOIna 2018.
Selain itu, mengikuti Internasional Spesial Music & Art Festival, Pyongyang, Korea Selatan 2019.
Sederet prestasinya diakui tidak lepas dari peran keluarga, kata Maria, sejak kecil ia melakukan stimulasi bagi motorik halus maupun kasar dari Stephanie.
Hal ini penting agar Stephanie bisa berkomunikasi.
"Dari stimulasi itu perlahan potensi dan bakat-bakat dari Stephanie terlihat," cerita Maria, saat menghadiri 'Disabilities Show' hari ke-2.
Sejak itulah Maria memperkenalkan tuts piano mini ke Stephanie yang masih berusia 3 tahun.
"Ternyata dia gemar bermusik. Akhirnya saya panggilkan guru piano untuknya," kenangnya.
Saat Stephanie berusia 8 tahun, Maria mengenalkannya air hingga sang anak mulai menyukai berenang dan bisa mengikuti berbagai ajang bergengsi, baik nasional hingga dunia.
Maria memuji sang anak yang selalu tekun dan pantang menyerah hingga rekor MURI berhasil diraihnya pada 2009 karena kerja kerasnya.
"Sehari berlatih 5 jam bermain piano. Ketekunan ini yang saya syukuri," ucap Maria.
Menurut Harry, Stephanie merupakan salah satu contoh kepemimpinan dan partisipasi secara inklusif sesuai dengan tema HDI 2021, yaitu kepemimpinan dan partisipasi penyandang disabilitas menuju tatanan dunia yang inklusif, aksesibel dan berkelanjutan pasca Covid-19.
"Yang hadir di sini adalah orang-orang yang sudah menapak jauh ke depan dan sudah menjadi pemimpin di berbagai bidang. Contohnya Stephanie sudah menunjukkan kepemimpinannya dengan talenta yang kuat sehingga dipercaya dunia untuk membawa obor Olympiade London 2012," ungkap Harry di acara yang sama.
Harry menambahkan dalam berbagai kesempatan, Menteri Sosial Tri Rismaharini menyampaikan cara pandang yang berbeda.
"Mari kita mulai sebuah langkah besar di Indonesia ini. Pemahaman inklusif berarti ada kesetaraan, tidak membeda-bedakan. Berikan ruang inklusif untuk menempatkan posisi mereka sebagai subjek," para Harry mengakhiri. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi