jpnn.com - SUKADANA – Tempat penampungan sementara warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kabupaten Kayong Utara, di asrama Polsek Sukadana, kondisinya memprihatinkan. Mereka harus berdesak-desakan di ruangan yang sempit.
Bukan berarti Pemkab Kayong Utara tidak memberikan perhatian, tapi karena jumlah mereka cukup banyak, ditambah lagi banyaknya anak dan balita. Kondisi ruangan asrama pun berubah menjadi kumuh.
BACA JUGA: Bupati Gafatar Bermobil Dinas, Pengawal Berwajah Sangar
Para eks Gafatar ini mengaku pasrah merasakan suasana panas dan pengap, karena kondisi ruangan yang tak sebanding dengan jumlah mereka.
Mereka yang ditampung, merupakan keluarga besar eks Gafatar yang bermukim di Desa Sedahan Jaya dan Pampang Harapan. Ada juga warga pendatang yang diangkut dari rumah kontrakan yang tersebar di sekitar Desa Sutera dan Desa Pangkalan Buton, Kecamatan Sukadana.
BACA JUGA: Aduh Dek, Masih Remaja Kok Sudah Bawa Kondom
Keberadaan mereka di penampungan dikunjungi Bupati Kayong Utara, H. Hildi Hamid. Termasuk Kapolres Ketapang, AKBP Hady Poerwanto dan Dandim 1203 Ketapang, Letkol Inf Saud Edward Tampubolon.
Para pejabat itu juga berkomunikasi dengan pengikut eks Gafatar itu di penampungan Asrama Polsek Sukadana, Rabu (20/1).
BACA JUGA: Bercocok Tanam, Gafatar Mengaku Disubsidi Dinas Pertanian
Mereka berada di penampungan sejak, Selasa (19/1) siang. Ditemui di lokasi penampungan, Bupati Hildi Hamid mengatakan, eks Gafatar ini akan diberangkatkan dari Kayong Utara menuju Kota Pontianak, Kamis (21/1). Mereka diangkut menggunakan kapal yang telah disiapkan Pemkab Kayong Utara.
Mereka yang akan diberangkatkan ke Kota Pontianak, kelompok eks Gafatar yang bermukim di Desa Sedahan Jaya, Dusun Segoa, Desa Pampang Harapan, termasuk Dusun Melinsum, Desa Sejahtera.
“Jadi yang berada di Kecamatan Sukadana, kalau bisa akan kita berangkatkan sekaligus,” kata Hildi.
Sementara kelompok eks Gafatar yang bermukim di Kecamatan Pulau Maya, kata Hildi, Pemkab tidak bisa mengambil keputusan, karena tidak ada sikap dari masyarakat setempat.
“Kalau di Satai, Pulau Maya, kita lihat reaksi masyarakatnya bisa menerima. Jadi pemerintah tidak bisa apa-apa,” katanya.
Dikatakan Hildi, mereka yang ditampung dan diberangkatkan ke Kota Pontianak menggunakan kapal, selanjutnya Pemprov Kalbar yang akan memulangkan ke daerah asalnya menggunakan kapal milik Angkatan Laut. (Kam/Isf/Ach/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Walah, Gara-gara KPK Anggota DPRD BantenTakut Ngantor
Redaktur : Tim Redaksi