Sedih, Perempuan Rohingya Dijadikan Budak Seks di Bangladesh

Selasa, 05 Desember 2017 – 11:58 WIB
Wanita Rohingya mengungsi dari daerah konflik di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Foto: AFP

jpnn.com, COX’S BAZAR - Penderitaan warga Rohingya ternyata tak berakhir saat sudah berada di kamp pengungsian di Cox's Bazar, Bangladesh. Sebab, gadis-gadis dan perempuan dari pengungsi Rohingya ternyata juga dijual sebagai budak seks.

Seorang bocah belia bernama Khartoun yang menjadi korban perdagangan manusia mengaku dijual sebagai budak seks begitu tiba di Bangladesh setelah kabur dari Myanmar pada September lalu. Meninggalkan Myanmar dengan menggunakan perahu, bocah 15 tahun itu langsung didekati dua perempuan begitu sampai di pantai wilayah Bangladesh.

BACA JUGA: Ini Alasan Paus Fransiskus Tak Sebut Rohingya di Myanmar

Selanjutnya, dua perempuan itu berpura-pura menawarkan pertolongan ke Khartoum yang kini yatim piatu karena ayah dan ibunya tewas oleh kebrutalan tentara Myanmar. “Mereka bilang padaku, jika aku pergi bersama mereka maka mereka akan membantuku mencarikan seorang suami,” ujar Khartoum kepada Aljazeera.

Alih-alih mendapat pertolongan, Khartoum justru disekap selama tiga pekan dan dijual kepada seorang pria Bangladesh. Bocah malang itu mengaku diperkosa selama 12 hari.

BACA JUGA: Paus Kunjungi Pengungsi Rohingya Hari Ini

“Dia bilang ‘Aku akan mencekikmu, menusukmu, membunuhmu. Apakah kamu ingin dibunuh sepeerti tentara membunuh orang-orang di Myanmar? Aku tak akan membiarkamu pergi’,” ujar Khartoum menirukan perkataan lelaku yang memerkosanya.

Khartoum ditinggalkan begitu saja setelah dijadikan budak seks selama 12 hari. Dia kini berada di kamp pengungsi Kutupalong.

BACA JUGA: Pengungsi Rohingya Bakal Direlokasi ke Pulau Terpencil

Khartoum juga mengalami ancaman pembunuhan dari kelompok penjahat setempat. Selain dia, ada sejumlah gadis muda berusia 13 tahunan yang juga telah diculik oleh sindikat perdagangan manusia.

Perserikatan Banda-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga pemberi bantuan menyebut perdagangan buruh dan seks di kamp pengungsi makin buruk belakangan ini seiring masuknya 620 ribu pengungsi Rohingya.  Olivia Headon dari International Organisation for Migration (IOM) menyatakan, aksi cepat saat ini sangat dibutuhkan demi menjaga perempuan dan para gadis Rohingya agar tetap aman di kamp pengungsi di Bangladesh.

Menurutnya, ada perekrut untuk perdagangan manusia yang berkeliaran di Cox’s Bazar dan makin panen ketika gelombang pengungsi Rohingya masuk. "Kami tahu mereka memperoleh bisnis lebih banyak,” ujarnya. “Dan kami tahu jaringan kejahatan telah beraksi.”

Pada 2015, pihak berwenang Thailand mengungkap jaringan luas sindikat perdagangan manusia yang menjual warga Rohingya. Bahkan, ada keterlibatan jenderal tentara di Thailand dalam perdagangan warga Rohingya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Paus Fransiskus Tak Sebut Rohingya di Hadapan Suu Kyi


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler