jpnn.com, JAKARTA - Bagi sebagian orang, panggilan sayang terhadap pasangan biasanya dengan kata-kata yang manis dan enak didengar.
Namun, itu tidak berlaku bagi pasangan politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu dan istrinya Dorothea Eliana Indah Wardani. Keduanya biasa menggunakan kata kabrut, singkatan dari kader brutal sebagai panggilan sayang.
BACA JUGA: Adian Napitupulu Masih Ingat Baju yang Dipakai Iin Malam Itu, Biru Kotak
Menurut Dorothea yang akrab disapa Mbak Iin, panggilan itu awalnya panggilan yang biasa diucapkan bagi para aktivis yang cenderung agak brutal.
Namun, karena Adian juga pentolan dari aktivis 98 yang membesarkan Forum Kota, jadilah panggilan itu juga ditabalkan kepadanya.
BACA JUGA: Pendapat Adian Napitupulu soal Peluang Anies di Pilpres 2024
"Itu sebenarnya istilah yang kami gunakan sebagai panggilan untuk aktivis yang agak brutal. Kami memanggilnya, 'dasar kader brutal'. Akhirnya sesama kami juga memanggilnya begitu dan akhirnya disingkat menjadi kabrut," ujar Mbak Iin saat berbagi pengalaman pada program "Ngomongin Politik" (Ngompol) yang tayang di jpnn.com dan You Tube Channel JPNN.com.
Iin kemudian menggambarkan betapa kerasnya kehidupan para aktivis, terutama Adian ketika masa-masa pergerakan 1998. Jangankan untuk mengajak makan di restoran mewah, makan untuk sehari-hari saja sulit diperoleh.
BACA JUGA: Para Kepala Daerah dan PNS Wajib Simak Instruksi Tito Karnavian
Untungnya, Iin memiliki kelebihan dari segi materi. Hampir setiap hari dia membawa makanan untuk Adian. Termasuk juga kopi dan rokok.
"Saya melakukan itu sebagai bentuk empati. Kebetulan mereka sedang berjuang dan saya punya sedikit lebih. Nah, itu digunakan untuk membantu mereka," ucapnya.
Dalam perbincangan dengan jpnn.com, Iin didampingi Adian. Saat ditanya kondisi ekonominya ketika itu, pentolan aktivis 98 ini secara spontan mengatakan, gembel, kolektif, absolut.
Meski begitu, Adian secara jujur mengakui, sejak awal bertemu Iin sudah meyakini wanita itulah yang akan menjadi istrinya.
"Menurut saya, perbuatan itu jauh lebih penting dari kata-kata. Makan pagi dia (istri) datang, makan siang dikasih, rokok dibeliin. Kopi dibawa dalam bentuk sachet. Dalam filosofi Jawa, karena Jawa itu agraris, pernah ada pandangan, urus perut laki-laki, maka dia akan jatuh cinta padamu. Kira-kira seperti itu," ucap Adian.
Pada perbincangan selanjutnya, Iin menyatakan awalnya tidak pernah membayangkan bakal membangun mahligai rumah tangga dengan Adian.
Apalagi, sebelum mengenal Adian, ia dekat dengan pria yang dari segi materi dan penampilan, jauh berbeda dengan pria berdarah Batak-Cirebon tersebut.
"Kalau dibandingkan dengan yang dulu pernah dekat dengan saya, seperti bumi dan langit. Baik dari ekonomi dan fisik. Semua orang-orang di dekat saya kaget, termasuk teman-teman kampus dan orang tua. Dulu dia bukan tipe saya, tetapi ketika menjalani hari-hari bersama dia, apa adanya, tidak munafik dengan siapapun, itu yang membuat saya menyimpulkan memang berbeda orang ini," ucapnya.
Sementara itu, Adian menyimpulkan istrinya merupakan sosok yang sangat sabar mendampingi masa-masa perjuangannya menentang Orde Baru. Hal itu yang membuatnya sangat menyayangi wanit berdarah Solo tersebut.
"Iin itu sabar mengikuti langkah gua yang ngaco minta ampun. Saya pernah datang ke rumahnya tanpa sandal. Itu luar biasa, saya berurusan dengan polisi, dia sabar," pungkas Adian. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang