Sejarah 'Ndas Mangap', si Rambo Kebanggaan Persebaya

Jumat, 02 Oktober 2015 – 15:14 WIB
Logo karya Budiono dari Jawa Pos inilah yang dipakai Bonek hingga sekarang. Foto: BUDIONO/JAWA POS

jpnn.com - PROSES terciptanya logo "Ndas mangap" tak lepas dari perjalanan tret-tet-tet pertama kali yang dilakukan Jawa Pos pada laga Persebaya versus Persija Jakarta, 1 Maret 1987. Pada Tret-tet-tet itu, semua yang ikut meski memakai ikat kepala bertuliskan "Persebaya 1987".

Dengan memakai ikat kepala, Dahlan Iskan berada di garda terdepan memimpin rombongan. Dia hadir di tribun ikut berjingkrak bersama suporter.

BACA JUGA: Tentang Bonek, Gajah Ijo, Bledug Ijo, dan Akhirnya Greenforce

Dalam setiap pemberitaan, Jawa Pos mempunyai template selalu memunculkan logo/ikon kecil di bawah judul sebagai ciri khas. Dalam pemberitaan Persebaya, logo Persebaya dengan hiu dan buaya selalu ada menghiasi.

Namun pasca, tret-tet-tet kali pertama itu, pada 3 Maret 1987, logo Persebaya mulai tergantikan dengan foto Dahlan Iskan memakai ikat kepala bertuliskan "Persebaya 87".

BACA JUGA: Van Gaal Hanya Ingin Pensiun dari Tim Ini

Foto yang didapat saat tret-tet-tet melawan Persija. Pada edisi itu, setiap berita yang berkaitan dengan Persebaya, selalu memunculkan foto Dahlan berukuran 2 x 3 cm.  Secara artistik koran, hal itu amat menganggu.

Mengingat gambarnya buram dan gelap. Jelek juga jika foto dijadikan sebuah ikon dan direpetisi pada tiap halaman. Sadar akan hal ini, Dahlan pun meminta grafis Jawa Pos, Mister Muchtar untuk mereproduksi foto itu menjadi sebuah coretan tangan.

BACA JUGA: Dedi Kembali, Persib Happy..

"Saya tahu dia asli  Makassar yang eksplosif dan punya selera baik. Dia juga cinta sepakbola. Saya minta ciptakan logo yang bisa memberi semangat. Maka dia buat sketsa supporter yang lagi berteriak. Dengan ikat kepala. Saya langsung setuju. Sangat ekspresif," kata Dahlan.

Secara ekspersif, sosok pemuda yang berteriak itu mirip-mirip seperti karya pelukis terkenal asal Jogjakarta, Affandi yang berjudul "Bung ajoe, Bung!".

Betulkah itu? Mister mengaku sosok itu merupakan reprentasi dari Dahlan Iskan sendiri. "Bos memperagakan ekspresi seperti berteriak, jadi logo itu adalah gambaran ekspresi pak Dahlan berteriak."

Pada edisi 4 Maret 1987. Itulah kali pertama si "Ndas mangap" tampil di publik. Semakin sering tampil, Ndas mangap semakin lekat dengan suporter surabaya.

"Maskot Persebaya 87 yang diciptakan dan dipopulerkan Jawa Pos kini sudah jadi milik umum. Penjual kaos, stiker dan pemilik kendaraan menggunakan maskot itu secara luas," tulis wartawan Jawa Pos, sebelum laga final Persebaya versus PSIS Semarang. (11/3/1987)

Tulisan di ikat kepala si "Ndas mangap" akan berganti-ganti seiring dengan bergantinya musim kompetisi. Seiring dengan bergantinya zaman, si "Ndas mangap" pun ikut dipermak. Posisi wajah yang dulu menghadap ke kiri dibuat lebih simetris ke tengah. Gambar dipoles dengan warna agar lebih hidup.

Emosi yang tertuang di mimik dibuat lebih meledak. Rambutnya yang dulu pendek karena menggambarkan sosok Dahlan Iskan, dibuat jadi lebih gondrong dan sangar. Mirip Silvester Stalone di film-film Rambo.

"Sebenarnya bukan Rambo, tapi sosok pahlawan arek-arek Suroboyo di zaman kemerdekaan. Gambaran pejuan itu kan rambutnya panjang, pakai ikat, pakai sarung atau bawa bambu runcing, itu yang ingin saya sampaikan," ucap Boediono, grafis Jawa Pos yang merombak gambar mister Muchtar ini.

Jika dirunut dari awal, sudah hampir 28 tahun si "Ndas mangap" hadir. Kini dia sudah dimodifikasi sedemikian rupa, mulai dari bentuk tengkorak, perempuan ataupun gambar anak-anak. Meski banyak mengalami evolusi, ada satu yang membuat logo ini tetap spesial: dari dulu sampai sekarang si "Ndas mangap" itu ternyata tak pernah mingkem. Hehe..(wam)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dortmund Makin Sering Imbang, Ada Apa?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler