Sejarah Pendopo Tempat Kaesang Menikah dan Bangunan Sakral untuk Meditasi

Sabtu, 10 Desember 2022 – 22:37 WIB
Bale Kambang, bangunan yang dianggap sakral di kompleks Kedhaton Ambarukmo. Foto: royalambarrukmo.com

jpnn.com, SLEMAN - Putra ragil Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep, mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Erina Gudono, Sabtu (10/12).

Pernikahan Kaesang dengan Erina digelar di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di pendopo bersejarah itu pula digelar prosesi ‘panggih pengantin’ atau pertemuan antara kedua mempelai setelah resmi menjadi pasutri.

BACA JUGA: Melihat Pendopo Ambarrukmo, Tempat Akad Nikah Kaesang-Erina

Royal Ambarrukmo adalah kompleks bekas kediaman raja yang dikenal dengan sebutan Kedhaton Ambarrukmo.

Informasi di laman Royal Ambarrukmo menyebut bangunan berarsitektur khas Jawa itu merupakan karya agung dari abad ke-18 yang masih terawat baik hingga kini.

BACA JUGA: Kaesang Krama

Menurut Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, kompleks Kedhaton Ambarrukmo terdiri atas area Pendopo Agung, Ndalem Ageng, Bale Kambang, Gandhok, Pacaosan, dan Alun-Alun.

Setiap area Kedhaton Ambarrukmo memiliki fungsi berbeda-beda dengan filosofi dan doa yang mewakili nilai-nilai religius, kepercayaan, dan norma-norma budaya Jaya.

BACA JUGA: Air Siraman Jokowi kepada Kaesang Bukan Sembarangan, Sumbernya dari Tempat Istimewa

Pendopo Agung adalah bangunan semiterbuka tanpa dinding yang menyimbolkan keterbukaan raja terhadap rakyatnya. Lantainya dibuat lebih tinggi dari halaman untuk merefleksikan penghargaan kepada seluruh tamu dan keakraban.

Bentuk dasar pendopo yang dibangun pada 1857 atau di era Sultan Hamengku Buwono VI itu tidak mengalami perubahan. Bentuk dasarnya ialah Joglo Sinom berukuran 32 x 32,4 meter yang mengarah ke selatan.

Adapun atapnya disangga 36 pilar. Pilar sebanyak itu dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yakni Saka Guru atau tiang utama (4 buah), Saka Penanggap atau pendukung pilar utama (12 buah), dan Saka Penitih (20 buah) atau tiang luar yang berfungsi sebagai penukung.

Seluruh pilar itu memiliki umpak berpahat kaligrafi Arab. Pada bagian pilar di atas umpak itu dihiasi ukiran berbentuk Wajikan, Saton, Tlacapan, Mirong, dan Plaba.

Selain Pendopo Agung, bangunan yang sudah cukup kondang di Kedhaton Ambarrukmo ialah Bale Kambang. Bangunan dua tingkat itu berada di pojok utara kompleks Kedhaton Ambarrukmo.

Secara harfiah, Bale Kambang berarti balai yang mengambang. Bangunan berbentuk oktagon itu berada di tengah-tengah kolam.

Dahulu, raja menggunakan lantai atas Bale Kambang untuk bermeditasi. Adapun lantai bawah beserta kolamnya difungsikan sebagai tempat bersantai bagi permaisuri, putri raja, maupun anggota lain keluarga keraton.

Atap Bale Kambang berbentuk kerucut yang dilengkapi mahkota di pucuknya. Bangunan itu memadukan gaya Belanda dan filosofi arsitektur asli Jawa.

Memang bangunan itu dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Kerajaan Belanda. Namun, arsitektur Bale Kambang tetap menjunjung tinggi martabat Kerajaan Jawa.

Pada zaman dahulu, air untuk kolam di Bale Kambang berasal dari Sungai Tambak bayang yang disaring secara alami.

Royal Ambarrukmo memberi peringatan khusus kepada pengunjung untuk melepaskan alas kaki sebelum memasuki Bale Kambang.

Catatan khusus dari Royal Ambarrukmo menyatakan Bale Kambang merupakan tempat meditasi yang sakral dan suci.(Mcr25/jpnn.com)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler