Sejarah Ponpes Lirboyo yang Menyatakan Dukungan kepada Anies-Muhaimin

Minggu, 17 Desember 2023 – 14:41 WIB
Keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, secara terbuka menyampaikan dukungan kepada Capres Anies Baswedan dan Cawapres Gus Muhaimin Iskandar (AMIN), Sabtu (16/12/2023). Foto: dok Timnas AMIN

jpnn.com, JAKARTA - Keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, secara terbuka memberkan dukungan kepada pasangan Anies Baswedan dan Gus Muhaimin Iskandar (AMIN).

Para ulama di Ponpes Lirboyo menginstruksikan seluruh jaringan alumninya untuk memenangkan AMIN.

BACA JUGA: Anies Prihatin Mengetahui Minimnya Pendidikan Vokasi di Morowali

Dukungan ini dideklarasikan melalui forum silaturahim keluarga dan dzurriyah, kiai, ibu nyai, gawagis serta nawaning di Ruang Lobi Aula Muktamar Pondok Pesatren Lirboyo, Kediri, Sabtu (16/12).

Lirboyo adalah nama sebuah desa yang digunakan oleh KH. Abdul Karim sebagai nama pondok pesantren yang didirikannya di barat Sungai Brantas.

BACA JUGA: Ponpes Lirboyo Resmi Dukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar

Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Bahkan santri-santri Pondok Pesantren Lirboyo ikut berjuang di medan perang, salah satunya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

BACA JUGA: Prabowo Bilang Ndasmu Etik, Anies: Etika Itu Dimulai dari Kepala

KH. Abdul Karim lahir pada tahun 1856 di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah.

Dia sudah mempelajari ilmu agama sejak usia 14 tahun. Kemudian, pada usia 40 tahun, Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah binti KH. Sholeh atau Nyai Dlomroh.

Lalu, pada tahun 1910 M, KH. Abdul karim hijrah bersama istri tercinta hijrah ke tempat sebuah desa yang bernama Lirboyo.

Kemudian, Abdul Karim memakai nama Lirboyo untuk pondok pesantren. KH. Abdul Karim meninggal dunia pada tahun 1954. Ia dimakamkan di belakang masjid Lirboyo.

Sebelum menetap di Desa Lirboyo, KH. Abdul Karim mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng asuhan KH. M. Hasyim Asy'ari yang juga menjadi teman sebaya ketika berguru di Syaikhona Kholil Bangkalan.

Berpindahnya K.H. Abdul Karim dari Tebuireng ke Desa Lirboyo disebabkan oleh adanya dorongan dari mertuanya (K.H. Sholeh) dengan harapan agar syi'ar dan dakwah Islam menjadi lebih luas.

Dengan didukung oleh mertuanya, KH. Abdul Karim mendirikan sebuah pondok untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada siapapun yang ingin mencari ilmu.

Pendirian pesantren ini juga atas permohonan kepala desa setempat kepada Kiai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di desa Lirboyo.

Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.

Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

Jumlah santri Lirboyo pada periode tahun 2022-2023 mencapai 39.534 santri. Jumlah ini mengalami peningkatan yang pada periode sebelumnya tahun 2021-2022 sejumlah 38.518 santri. (jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler