Sejumlah Daerah Masih Kekurangan Soal Unas

Minggu, 12 April 2015 – 12:29 WIB
Sejumlah pekerja menata soal ujian nasional tingkat SMA di SMKN 26 Jakarta,Rawamangun, Jakarta, Sabtu (11/4). Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Kesiapan Ujian Nasional (Unas) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat belum seratus persen. Hingga dua hari menjelang Unas, Sabtu (11/4), keluhan kekurangan berkas soal dan lembar jawaban masih banyak terjadi di daerah.

Dari pantauan Jawa Pos (induk JPNN.com), keluhan itu datang dari Dinas Pendidikan Rejanlebong, Provinsi Bengkulu. Dispendik Bengkulu menyebut, kekurangan berkas soal dan lembar jawaban di daerah mereka mencapai 122 amplop.

BACA JUGA: Ini Masalah yang Muncul saat Uji Coba Unas Berbasis Komputer

Beda lagi dengan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Di sana, Dinas Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan Lamongan melaporkan adanya kekurangan lembar soal dan jawaban hingga dua amplop. Satu amplop sendiri memiliki perbedaan jumlah isi. Namun biasanya, satu amplop berisi 20 lembar soal beserta lembar jawaban.

Saat dikonfirmasi, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak menyangkal. Bahkan, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud Nizam Zaman mengaku, ada daerah lain, selain dua itu, yang juga mengalami hal serupa. Seperti, Jawa Tengah, Sulawesi, dan Jawa Barat.

BACA JUGA: Empat Pemda Ini Keluhkan Kekurangan Naskah UN

"Memang biasanya kan baru dihitung H-2. Jadi laporan baru masuk. Tapi untuk Bengkulu, saya konfirmasi, Alhamdulillah bukan 122 amplop tapi hanya satu," urai Nizam saat dihubungi, Sabtu (11/4).

Nizam sendiri menyebut hal ini biasa terjadi. Kesalahan perhitungan dalam proses pengepakan lembar soal dan jawaban menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, disinyalir pula ada kesalahan data yang dikirim oleh pihak sekolah pada Kemendikbud.

BACA JUGA: Nilai UN di Bawah 5,5, Siswa tak Wajib Mengulang

"Tak jarang, mereka salah memasukkan jumlah peserta untuk IPA berapa, IPS berapa. Kadang, jumlah peserta unas IPA tertukar dengan IPS," tuturnya.

Meski demikian, menurut Nizam ini bukanlah hal besar yang perlu dikhawatirkan. Sebab, seluruh kekurangan akan segera diberikan oleh pihak percetakan. Ia mengatakan, pihak dinas pendidikan kota/kabupaten cukup melapor ke pihak dinas provinsi. Setelahnya, provinsi akan segera mengabarkan hal itu pada Kemendikbud. Selanjutnya, pihaknya akan menghubungi percetakan untuk dapat segera mengirimkan jumlah kekurangan lembar soal dan jawaban itu.

Untuk daerah terpencil, lanjut dia, pihak percetakan telah mengirim cadangan berbarengan dengan pengiriman lembar soal dan jawaban. Dengan catatan, cadangan tetap akan mendapat pengawasan khusus dan baru diserahkan saat hari H.

"Jadi kami minta semua pihak tidak panik. Karena semua dapat teratasi," jelasnya.

Atas masalah yang terus terulang tiap tahun ini, Nizam enggan dibilang tidak becus. Menurutnya, human error akan sangat sulit untuk dihindari. Selain itu, menurutnya, prosentasi kekurangan lembar soal dan jawaban sangat rendah.

"Dari 3,5 juta amplop, paling hanya sekitar 100 amplop yang kurang. Tentu tidak bisa dibilang kebobolan. Jumlahnya juga terus menurun," ungkapnya.

Kurangnya jumlah lembar soal dan jawaban ini memunculkan spekulasi adanya unsur kesengajaan. Ada pihak yang sengaja menyisihkan soal untuk kemudian dapat dipergunakan berbuat curang. Misalnya, untuk bocoran soal atau jawaban pada para siswa peserta ujian. Tujuannya tentu, agar nilai siswa dapat didongkrak. Meski, saat ini nilai sudah tak lagi jadi tolak ukur kelulusan.

Nizam mengaku telah mengantisipasi hal itu. Karenanya, tim monitoring Kemendikbud telah dikirim ke seluruh provinsi untuk melakukan pengawasan sejak Jumat (10/4).
"Selain itu ada indeks integritas. Jadi akan ketahuan kalau ada yang curang," terangnya.

Namun, jika tindak kecurangan benar terjadi. Nizam menegaskan, Kemendikbud tidak akan segan-segan member sanksi. Bukan hanya sanksi administratif, Kemendikbud juga tidak akan ragu menyeret kasus itu ke ranah hukum.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan justru mewanti-wanti pihak orang tua murid tidak menekan anak mereka. Tekanan itu dimaksutkan pada proses belajar yang dilakukan hingga melebihi batas wajar. Seperti belajar hingga tengah malam.

"Bapak-ibu jangan marahi anaknya kalau malam menjelang Unas tidak belajar," ungkapnya saat ditemui di Bogor, kemarin.

Anies justru menyarankan agar para siswa istirahat. Menurutnya, para siswa cukup belajar keras hingga sabtu malam. Sementara, pada Minggu (12/4) siswa cukup baca-baca santai.

"Lalu malamnya tidur cukup, delapan jam. Jadi pagi saat ujian, kondisi fresh dan siap ujian," tuturnya. (mia)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Tips Belajar Hadapi UN dari Menteri Anies


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler