Badan amal Salvation Army mendesak Pemerintah Australia untuk melakukan pengecekan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) yang bekerja di sejumlah kedutaan asing di kota itu.
Koordinator Advokasi Salvation Army Heather Moore menjelaskan, PRT di sejumlah kantor perwakilan negara asing itu mengalami pelecehan fisik dan perlakuan buruk. Di antaranya kekurangan makan, tidak mendapat gaji, atau digaji di bawah UMR.
BACA JUGA: Australia Belum Akan Putuskan Soal Pernikahan Sesama Jenis
"Pengecekan kesehatan dan kesejahteraan mereka akan memberi kesempatan para PRT ini untuk mengadukan nasibnya," kata Moore kepada ABC.
Heather Moore dari Salvation Army menyatakan sejumlah diplomat asing di Canberra pekerjakan PRT di bawah UMR.
BACA JUGA: Gadget yang Bisa Blokir SMS Saat Mengemudi Dipasarkan di Australia
Aturan itu, katanya, bisa berupa syarat bagi semua PRT yang bekerja di kedutaan asing untuk secara berkala melapor ke Departemen Imigrasi.
BACA JUGA: Ribuan Pasien Gigi di Sydney Mungkin Terkena HIV dan Hepatitis
Pekan lalu Salvation Army hadir dalam dengar pendapat di Senate Australia terkait program visa holiday, dan mengungkap terjadinya eksploitasi PRT di sejumlah kedutaan.
"Satu hal yang membuat PRT sangat lemah dalam situasi ini mungkin terkait aspek kultur, karena posisinya dipandang rendah secara kultural," kata Heather Moore.
Karena itu Salvation Army mengusulkan perlunya visa sementara bagi para PRT itu agar bisa bekerja di tempat lain jika misalnya kasusnya dibawake pengadilan.
Moore mencontohkan, salah satu bentuk eksploitasi yang terjadi adalah PRT harus siap bekerja 24 jam sehari dan hanya dibayar 6 dolar perjam.
"Dan ini terjadi di kedutaan negara Barat di Canberra," katanya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Great Barrier Reef Batal Masuk Daftar Situs Warisan Dunia dalam Bahaya