Sejumlah Organisasi Minta Menteri Nadiem Perbaiki Pola Komunikasi

Rabu, 20 Mei 2020 – 20:47 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim saat memimpin upacara Hardiknas. Foto: Humas Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah organisasi di bidang pendidikan meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memperbaiki pola komunikasi dengan para guru.

"Selama satu semester menjabat sebagai Mendikbud, Mas Menteri ini terlihat sedikit sekali waktu beliau bertemu guru," ujar Ketua Umum Forum Guru Muhammadiyah (FGM) M Pahri, dalam diskusi "Evaluasi Kebijakan Pendidikan Nasional" di Jakarta, Rabu (20/5).

BACA JUGA: Peringatan Keras MUI Kepada Pemerintah

Pahri meminta agar Mendikbud menghidupkan kembali pola komunikasi dengan forum guru.

Saat ini, akses bertemu maupun berkomunikasi dengan Mendikbud Nadiem Makarim amat sulit.

BACA JUGA: Update Corona 20 Mei: Pelonggaran Diberlakukan, Penambahan Kasus Positif Cetak Rekor Tertinggi

"Bagaimana kebijakan Kemendikbud bisa sampai ke tingkat guru atau sekolah, kalau sosialisasinya terhambat. Hampir 60 persen guru menilai kemampuan sosialisasi Mendikbud dibawah 70," kata dia.

Hal itu, menurut dia, merupakan hasil angket yang dilakukan FGM yang melakukan survei terhadap 1.000 guru di bawah forum tersebut.

BACA JUGA: Update Corona 20 Mei: Ada Lonjakan Kasus Positif di Jabar, Ini Datanya

Pahri menjelaskan hasil angket menunjukkan kemampuan Kemendikbud dalam sejumlah bidang masih di bawah rata-rata.

"Program penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mana hanya satu lembar disambut baik para guru," kata dia.

Dia berharap ke depan, Kemendikbud dapat meningkatkan kinerjanya dengan baik dan memperbaiki pola komunikasi yang saat ini tersendat.

Perwakilan NU Circle Pendidikan Ahmad Rizali mengatakan pola komunikasi di Kemendikbud saat ini membingungkan dan pesan tidak sampai pada guru.

"Kami memberi nilai D dari segi komunikasi, karena sering menggunakan bahasa yang tidak biasa dan multitafsir. Kemudian kebijakan yang masih berbentuk rancangan sering bocor dan sudah dianggap masyarakat sebagai kebijakan Kemendikbud," kata Rizali.

Kemudian untuk kekritisan, Kemendikbud saat ini belum kritis menyikapi persoalan mendasar pendidikan sehingga tidak ada program komperehensif yang mendukung kebijakan pembangunan mutu SDM.

Selanjutnya, program yang dimiliki Kemendikbud cukup kreatif, namun belum mendasar dan tidak relevan dan belum mudah dipraktikkan.

"Program Merdeka Belajar membingungkan guru di sekolah saat mengajar, karena masih dipandu standar proses yang konvensional," kata Rizali.

Pihak NU Circle Pendidikan memuji Kemendikbud dalam bidang kolaboratif, yang mana Mendikbud menggandeng ratusan pegiat pendidikan untuk berkolaborasi, meluncurkan program Organisasi Penggerak dan Guru Penggerak, dan mengundang pihak swasta dalam pelaksanaan berbasis IT.

Pemerhati pendidikan, Indra Charismiadji, mengatakan dirinya memberikan nilai D untuk kemampuan komunikasi dan kolaborasi Mendikbud Nadiem Makarim.

"Karena memang hampir tidak melakukan komunikasi kepada publik tentang program Kemendikbud secara jelas. Kolaborasi dengan pihak pemerintah daerah juga tidak ada karena tidak ada komunikasi tadi. Padahal pendidikan itu diotonomikan, jika tidak ada kolaborasi pasti akan kacau dan jalan sendiri," kata Indra.

Kemudian ia memberikan nilai C+ untuk berpikir kritis bagi Nadiem, karena berani mengganti UN dan adanya program Kampus Merdeka yang cukup baik. Akan tetapi target literasi, numerasi, dan sains jauh dari rata-rata OECD. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler