Selasa kemarin, Kementerian Kesehatan di Gaza mengeluarkan peringatan jika sejumlah generator listrik tidak akan bisa menyala dalam 48 jam ke depan.
Seperti yang dikutip dari Al Jazeera, Ashraf al-Qudra, juru bicara Kemenkes di Gaza mengatakan aliran bantuan ke Gaza "lambat dan tidak akan mengubah kenyataan" di lapangan.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Produk Selai Australia Vegemite Berulang Tahun ke-100
"Sistem layanan kesehatan sudah mencapai tingkat paling buruk dalam sejarah," ujarnya dalam laporan Al Jazeera.
Semua rumah sakit di Gaza mengatakan kehabisan bahan bakar untuk menggerakkan generator listrik, sehingga mereka semakin tidak mampu merawat korban luka dan sakit.
BACA JUGA: Indonesia Terus Berupaya Menghentikan Kebrutalan Israel di Gaza
Para dokter di Gaza memperingatkan peralatan penting, seperti inkubator untuk bayi baru lahir, berisiko akan berhenti beroperasi. Rumah sakit kehabisan bahan bakar
Saksi mata mengatakan sebuah ambulans tiba di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya dalam kegelapan, dan staf menerangi jalan dengan cahaya dari ponsel.
BACA JUGA: Menteri Australia Sebut Palestina Menerima Hukuman Kolektif
Rumah Sakit Indonesia, yang terbesar di Gaza utara, mengatakan sudah mematikan semua peralatan, kecuali departemen yang dianggap vital seperti Unit Perawatan Intensif.
Lebih dari 40 rumah sakit dan klinik di Gaza telah menghentikan operasinya, baik karena kekurangan bahan bakar atau kerusakan akibat pemboman Israel, kata juru bicara kementerian kesehatan.
Dikutip dari situs Kompas TV, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Judha Nugraha mengatakan masalah yang dihadapi adalah terbatasnya persediaan bahan bakar solar untuk menjamin listrik.
Para dokter di Gaza mengatakan pasien yang tiba di rumah sakit menunjukkan tanda-tanda penyakit karena jumlah orang yang harus dirawat membludak serta sanitasi yang buruk.
Lebih dari 1,4 juta orang meninggalkan rumah mereka di Gaza untuk mencari tempat penampungan sementara akibat serangan terbesar yang pernah dilakukan Israel.
Namun kecil kemungkinan gencatan senjata bisa dilakukan dalam waktu dekat.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 5.791 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober, termasuk 2.360 anak-anak.
Dalam waktu 24 jam saja, sebanyak 704 orang terbunuh.
Di Israel, pihak berwenang melaporkan jumlah korban tewas mencapai 1.400 orang, sebagian besar akibat serangan Hamas pada 7 Oktober.Israel akan cegah masuknya bahan bakar
UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, memperingatkan dalam sebuah postingan di platform pesan X jika mereka terpaksa akan menghentikan operasi di Gaza pada Rabu malam karena kekurangan bahan bakar.
Namun, militer Israel menegaskan kembali akan melarang masuknya bahan bakar, dengan alasan hal itu untuk mencegah Hamas menyita bahan bakar tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam seruan terbaru PBB yang semakin putus asa, menyerukan "gencatan senjata kemanusiaan segera" untuk mencegah persediaan makanan, obat-obatan dan bahan bakar habis di Gaza.
UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, dalam unggahannya di X mengatakan mereka akan menghentikan aktivitas mereka di Gaza pada Rabu malam karena kekurangan bahan bakar.
Militer Israel sudah menegaskan akan melarang masuknya bahan bakar, dengan alasan untuk mencegah Hamas menyita bahan bakar tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan "gencatan senjata kemanusiaan segera" untuk mencegah habisnya persediaan makanan, obat-obatan dan bahan bakar di Gaza.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Hamas Membebaskan Dua Warga Israel yang Ditahannya