Ribuan warga di sejumlah kota-kota besar di Australia, seperti Melbourne, Sydney dan Adelaide turun ke jalanan untuk menyuarakan dukungan mereka kepada Palestina.

Novi Prasetyani, seorang mahasiswa asal Indonesia di Melbourne adalah salah satunya. 

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Australia Tolak Badan Penasihat Warga Pribumi Masuk Dalam Konstitusi

Ia mengaku tidak kuasa menahan air matanya melihat "kekejaman" yang dilakukan oleh pemerintah dan tentara Israel terhadap warga di Gaza.

"Hati saya hancur terhadap saudara-saudara di Palestina, melihat foto dan video mereka baik di TV dan Instagram," ujar Novi.

BACA JUGA: Yandri Susanto: Israel Mengganggu Ketertiban Dunia

Novi datang berunjuk rasa di pusat kota Melbourne bersama sejumlah pelajar asal Indonesia lainnya, Minggu kemarin.

"Luar biasa melihat banyaknya orang yang datang ke sini, tidak hanya dari kalangan Muslim, tapi juga warga lokal Australia dari berbagai suku dan warna kulit."

BACA JUGA: Ungkit Perjanjian Sykes-Picot soal Palestina, Chandra: Solusi 2 Negara Tak Layak Digaungkan

Sementara itu Dwi yang sudah tinggal selama hampir 15 tahun di Australia merasa kecewa dengan sikap pemerintah Australia yang mendukung Israel.

Dwi sengaja tidak mau menyebutkan nama lengkapnya karena ia khawatir dengan pekerjaannya di industri konsultan finansial.

"Saya seperti berada di posisi yang terjepit dan serba salah, karena sebagai orang Indonesia kita tahu kalau pemerintah Indonesia menentang kekerasan Israel."

Sikap Indonesia tidak pernah berubah, seperti yang juga ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo, yang tegas akan selalu membela Palestina.

"Tapi kita dengar kalau Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri di Australia sudah menyatakan we stand with our friend Israel."

"Ini membuat kita tidak nyaman untuk terang-terangan mendukung Palestina, tapi hati dan doa kami selalu bersama mereka."

"Kadang suka kesal juga jika mendengar bagaimana topik ini dibahas di media di Australia, atau sesama teman kantor, karena mereka tak memahami sejarah bangsa Palestina dan  lupa dengan kekerasan yang sering dialami warga Gaza sebelumnya."

Pihak kepolisian di Melborune mengatakan ada sekitar 10.000 orang yang berpartisipasi dalam aksi tersebut.

Sementara di Sydney, aksi solidaritas digelar di Hyde Park, meski kepolisian New South Wales tidak mengeluarkan izin bagi warga untuk melakukan march atau berunjuk rasa sambil berjalan.

Dalam unjuk rasa di Sydney, Fahad Ali, salah satu penyelenggara, mengatakan "dunia tidak lagi bisa menutup mata" atas apa yang terjadi di Gaza.

"Para pemimpin di New South Wales mengatakan jangan ikut unjuk rasa ini. Tapi, nyatanya ada ribuan orang di sini."Suar menyala di kerumunan pengunjuk rasa Melbourne

Di Melbourne, para pengunjuk rasa berjalan bersama dari State Library Victoria menuju pusat kota dan gedung parlemen dengan dikawal polisi.

"Kami akan tetap  menyampaikan solidaritas, kami akan terus hadir dan berdiri bersama kalian, saudara-saudara kami di Gaza, sampai dibebaskan," ujar salah satu pembicara di acara unjuk rasa.

Pernyataan ini disambut sorakan yang menyerukan pembebasan Palestina.

Mereka menyampaikan kekhawatiran atas serangan dan blokade yang diberlakukan di Gaza.

Walaupun unjuk rasa berlangsung secara damai, sebuah rekaman dari helikopter menunjukkan sempat ada insiden saat flare atau suar dinyalakan salah satu peserta unjuk rasa.

Sempat terjadi cekcok antara polisi dengan beberapa warga, saat anggota polisi mencoba memadamkannya.

Dalam pidato terakhir kepada pengunjuk rasa di luar parlemen, seorang perempuan asal Palestina mengatakan ia merasa "sakit, marah, dan dikhianati."

Kerumunan orang tersebut juga meneriakkan 'shame', atau memalukan, kepada Israel.

Kepolisian Victoria dalam pernyataannya mengatakan unjuk rasa di Melbourne berlangsung tanpa insiden besar.

"Prioritas utama kami adalah menjaga kedamaian untuk memastikan kalau aksi ini tidak memengaruhi keselamatan masyarakat luas," ujarnya.

"Kami akan terus membangun komunikasi dengan semua warga yang punya ketertarikan dengan kejadian di Timur Tengah."Unjuk rasa di Hyde Park Sydney

Unjuk rasa di Sydney dihadiri oleh ribuan orang, meski Premier Chris Minns dan pejabat polisi meminta warga untuk tidak melakukannya.

Dua hari sebelumnya, Wakil Komisioner David Hudson mengatakan kepolisian sedang mempertimbangkan untuk melakukan tindakan pengamanan "luar biasa" untuk mencari tahu identitas pengunjuk rasa.

Hal ini dilakukan setelah beberapa pengunjuk rasa meneriakkan kata-kata bernada rasis terhadap warga Yahudi, saat mereka melakukan aksinya di depan Sydney Opera House, yang juga dikecam sejumlah pejabat dan politisi Australia.

Sebelum berunjuk rasa Minggu kemarin, penyelenggara sudah memperingatkan agar tidak ada lagi yang meneriakkan istilah anti-Semitis.

Polisi mengatakan sekitar 6.000 warga mengikuti unjuk rasa yang diawasi ketat oleh ratusan petugas keamanan.Warga Adelaide menunjukkan solidaritas mereka

Ribuan warga juga melakukan aksi solidaritas di pusat kota Adelaide untuk mengekspresikan perasaan mereka kepada warga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka di Gaza.

Para pemimpin komunitas dalam unjuk rasa menyerukan agar aksinya dilakukan secara damai, meski mengutuk kekerasan Israel terhadap warga sipil.

Imad Mahmoud dari organisasi Australian Friends of Palestine Adelaide meminta Pemerintah Australia untuk berhenti terlibat dalam menghadapi kekerasan Israel terhadap Palestina.

"Kepada para pemimpin Australia, kalau tidak ada penjajahan, maka tidak akan ada kekerasan dan Anda pasti tahu itu," ujar Imad.

"Jika tidak ada penindasan setiap harinya, pasti tidak akan ada kekerasan dan Anda pasti tahu itu."

"Jangan memilih-miliih dalam menyampaikan solidaritas kepada warga sipil yang tidak bersalah."

Pembicara lainnya dalam unjuk rasa tersebut juga meminta agar pemimpin Israel diboikot dan agar mengakhiri warga Palesina yang seringkali tidak dianggap dalam media dan kebijakan internasional.Dukungan bagi Israel di Brisbane

Ratusan orang dengan pakaian berwarna biru dan putih serta membawa bendera Israel menghadiri unjuk rasa damai di Roma Street Parkland, Brisbane.

Polisi dan petugas keamanan lainnya mengawal acara yang hanya dihadiri bagi mereka yang mendapat undangan.

Terlihat banyak warga menangis, berpelukan, berdoa, dan berkabung atas teman serta kerabat mereka yang meninggal dan masih dinyatakan hilang.

Acara tersebut menampilkan pidato dari komunitas Yahudi dan sejumlah politisi.

"Kami berkumpul untuk meratapi kematian tragis di Israel minggu lalu, dengan pembunuhan warga Yahudi yang tidak bersalah dalam jumlah yang belum terlihat lagi sejak Holocaust," ujar Jason Steinberg, Presiden dari organisasi Queensland Jewish Board of Deputies.

Seorang perempuan Brisbane berusia 18 tahun Ruby Melkman baru tiba Australia dari Tel Aviv, sehari sebelumnya.

Ia belajar dan tinggal di Tel Aviv sejak Januari dan menjadi salah satu orang yang berhasil naik ke pesawat dari sebelum bandara kota tersebut ditutup.

"Kacau sekali di sana, selama sepekan terakhir kami selalu berlari ke tempat perlindungan dari bom setiap jamnya. Sangat, sangat mengerikan," katanya.

"Saya senang sekali bisa pulang tapi merasa sangat marah dengan apa yang sedang terjadi di Israel."

Laporan tambahan Erwin Renaldi, diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sikap Politik PKB soal Konflik Hamas dengan Israel

Berita Terkait