Sekeluarga Jadi Dalang Pembunuhan

Jumat, 27 Juli 2012 – 15:22 WIB

JAMBI-Keluarga besar Muhammad Sirih, benar-benar rusak sekarang. Antara anak, menantu dan keponakan saling sangkal menjadi otak pembunuhan. Sidang lanjutan kasus pembunuhan Ambok Alang di Pengadilan Negeri Jambi kemarin (24/7) mengagendakan pemeriksaan dua orang terdakwa yaitu, Indo Ase (istri korban) dan H. Muhammad Sirih (mertua korban).

Dalam keterangannya, Indo Ase mengaku tahu pembunuhan suaminya, Ambok Alang, terjadi 19 Maret 2010 di rumahnya sendiri. “Kejadiannya berlangsung pada pukul 12 malam lewat,”ungkapnya kepada majelis hakim.

Dia juga mengaku tahu bahwa Jamal dan Jamak akan membunuh suaminya. Ia tahu setelah mendapat pesan singkat (SMS) dari mertuanya, H. Muhammad Sirih. Dalam SMS itu disebutkan bahwa Jamal akan datang ke rumah mau membunuh Ambo Alang.

Muhammad Sirih mengirimkan SMS sekitar pukul 17.00 WIB. “Waktu itu saya berada di rumah,”terangnya.

Indo Ase yang mengaku telah menikah dengan Ambok Alang 16 tahun yang lalu itu mengaku tahu  rencana pembunuhan itu, namun tidak mencegahnya. Sebab, Indo Ase mengaku sering dianiaya suaminya. “Jadi saya terserah saja apa yang akan terjadi,”jelasnya.

Waktu kejadian, Indo Ase mengaku ada di kamar mandi. Ia mengaku tidak tega melihat eksekusi suaminya itu. “Lalu, mengapa Jamal mau membunuh Ambo Alang?"tanya hakim. “Sakit hati dengan korban karena sering bertengkar,”aku Indo Ase yang membantah menyuruh Jamal untuk membunuh Ambo Alang.

Indo Ase menambahkan bahwa waktu kejadian, korban tidur di kamar belakang bersama dirinya. Sebelum Jamal dan Jamak masuk, Indo Ase menyuruh Amri yang merupakan adiknya, untuk membukakan pintu buat Jamal dan Jamak. “Setelah SMS masuk, saya ngomong sama adik saya Amri, untuk buka pintu,”aku Indo Ase.

Waktu Jamal dan Jamak masuk, Indo Ase mengaku masih berada di kamar bersama suaminya. “Setelah suami saya tidur, saya keluar dan memanggil Jamal dan Jamak, saya memanggilnya dengan melambaikan tangan,”ungkap Indo Ase.

Selanjutnya Jamal dan Jamak melakukan eksekusi. "Waktu pembunuhan, saya berada di kamar mandi, saya takut melihat suami saya dibunuh. Baru setelah Jamak memberitahu saya bahwa suami saya sudah meninggal, saya melihatnya. Waktu itu saya hanya melihat banyak darah,”ungkap Indo Ase tanpa beban.

Setelah pembunuhan tersebut, Indo Ase mengaku keluar rumah dengan tangan terikat dan meminta tolong kepada tetangga. Tangannya diikat semata-mata adalah sebagai siasat agar warga tidak curiga dan mengira ia korban perampokan.

Jaksa mengatakan ada salah satu saksi mengatakan bahwa Induk asek sudah berhubungan terlebih dahulu dengan laki-laki lain dan Indo Asek hamil. Namun Indo Ase tidak mau mengakui hal tersebut.

Sementara pada keterangan terdakwa lainnya, H. Muhammad Sirih ia menyangkal semua yang dituduhkan jaksa. Dan mengatakan semua keterangan saksi, termasuk Indo Ase yang mengatakan bahwa dirinya mengirimkan SMS kepada Indo Ase bohong. “Saya tidak pernah SMS kepada Indo Ase,”tegas Muhammad Sirih.

“Waktu kejadian saya di Riau, saya tahu kasus pembunuhan itu dari SMS oleh Loung (Orang Tua Ambo Alang) sekitar pukul 5 pagi. Lalu saya berangkat ke Jambi hari itu,” ujarnya lagi.  Namun, ia tidak menampik Indo Ase pernah mengadu terkait perselisihan dengan suaminya.

Sidang selanjutnya ditunda hingga Rabu 1 Agustus 2012 mendatang, dengan agenda pembacaan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum.(wne/mg4)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Ton Ganja Gagal Ke Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler