SURABAYA - Kasus penganiayaan sadis terhadap pembantu rumah tangga (PRT) kembali terjadiKali ini korbannya seorang pembantu belia bernama Marlena, 17
BACA JUGA: Ditabrak Motor, Lalu Dilindas Truk
Gadis asal Tuban, Jatim, itu menjadi bulan-bulanan satu keluarga yang selama ini menjadi majikannyaTidak hanya secara fisik, penyiksaan dilakukan secara psikis
BACA JUGA: Pelajar SD dan SMP Terlibat Curanmor
Kasus yang menggiriskan tersebut kini ditangani unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes SurabayaBACA JUGA: Simpan Ganja di Helm, Pria Aceh Digelandang Polisi
Mereka adalah pasangan Eddi Budianto, 50, dan Tan Fang May, 47Kemudian, Ezra Tantoro Suryaputra, 27 (anak pertama Eddi-Tan) dan Rony Agustian Hutri, 32 (menantu Eddi-Tan).Aktor penyiksaan itu adalah Tan Fang MayIbu tiga anak itu disebut paling sering menyiksa MarlenaPuncaknya terjadi pada 12-14 Mei laluTanpa penyebab yang jelas, Tan Fang emosionalDia memukuli, menendang, menyiramkan air panas, dan menyekap Marlena di kamar mandiBukan hanya ituDia juga tega menyundut bagian tubuh pembantu belia itu dengan sutil penggorengan yang masih panas.
"Kejadian itu merupakan penyiksaan paling keji yang dilakukan pelaku terhadap korban," ujar Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Anom Wibowo kemarin (22/5)Menurut Anom, penyiksaan itu dilakukan Tan Fang karena Marlena dianggap mencuri perhiasannya
Padahal, tuduhan itu diembuskan tanpa buktiKarena tak mau mengaku, Marlena terus disiksaLantaran tak kuat menahan siksaan, akhirnya Marlena terpaksa mengakui apa yang sebenarnya tidak dia perbuatDari situ kemudian Marlena dibawa ke Mapolrestabes Surabaya dan dilaporkan telah mencuri perhiasan Tan Fang.
Setelah laporan diproses, polisi justru menaruh kecurigaan terhadap kondisi fisik Marlena yang terluka di sekujur tubuhDi antaranya, kaki kanan bengkak, banyak bagian tubuh yang memar, dan terdapat bekas sundutan benda panas"Ketika itu kondisi psikis Marlena juga tertekan," papar Anom.
Sebelum menyidik Marlena sesuai dengan laporan Tan Fang, polisi memeriksakan kondisi PRT belia itu ke Rumah Sakit Bhayangkara tingkat IV Moch Dahlan yang terletak di belakang Mapolrestabes SurabayaDi sana dokter mendiagnosis bahwa Marlena mengalami penyiksaan fisik dan psikisDari situ polisi berbalik arah dengan menyidik para majikannya terkait dengan kasus penganiayaan berat.
"Rupanya pelaporan kasus pencurian perhiasan itu merupakan skenario keluarga majikan agar bisa lepas dari tanggung jawab terhadap kehidupan korban," papar Anom
Penyelidikan pun dilakukan polisi dengan memanggil sejumlah saksiAkhirnya, diketahui bahwa Marlena selama ini disiksa Tan Fang dan keluarganya.
Dalam penyidikan diketahui, tiga tahun (sejak berusia 14 tahun) bekerja di keluarga Tan Fang, Marlena memang kerap dianiayaHampir setiap hari dia mengalami penyiksaan fisikBahkan, penyiksaan kerap dilakukan bersama anggota keluarga lain
Selama ini, pasangan Tan Fang dan Eddie tinggal di rumah Jalan Darmo Permai Selatan I/38 SurabayaRumah itu milik Rony Agustian Hutri, menantu Tan-Eddie yang berprofesi sebagai dokter di sebuah rumah sakit terkemuka di Surabaya BaratRony mengawini anak ketiga Tan-Eddie, Lidya Natalia, 23Di rumah tersebut tinggal juga semua anak Tan-Eddie, yaitu Ezra Tantoro Suryaputra, 27 (anak pertama), dan Hosea Tantoro, 26 (anak kedua)Mereka kompak ikut menganiaya Marlena
"Sejauh ini kami masih menahan empat orangKami masih akan melakukan gelar perkara untuk menentukan penahanan Hosea dan Lidya," ujar Anom.
Akibat penyiksaan fisik itu, kini Marlena terbaring tak berdaya di Rumah Sakit Bhayangkara tingkat IV MochDahlanHasil diagnosis sementara mengindikasikan bahwa Marlena mengalami cacat tubuh permanenJumat lalu (20/5) Marlena menjalani operasi pengangkatan gumpalan di kaki kanan yang bengkak dan melepuh
"Kaki kanannya mengalami perdarahan di dalamHal itu yang menyebabkan kakinya membesar," ujar AnomKarena kondisi tersebut, bisa jadi kaki Marlena diamputasi.
Tak hanya penyiksaan fisik, Marlena juga disiksa secara psikisDia sering disuruh makan makanan sisa dan basiKejinya lagi, Marlena pernah disiksa dengan disuruh minum air bekas cucian peralatan dapur.
Beberapa bulan terakhir, Marlena sering disekap di kamar mandi dan disuruh tidur bersama anjing peliharaan di teras belakang rumahLayaknya anjing, leher Marlena juga dirantaiDia tidur tanpa alas bercampur kotoran dan air kencing anjingKondisi itulah yang menyebabkan luka di tubuh Marlena terus memburuk dan terinfeksi.
Walau mengalami penyiksaan, Marlena tetap tidak berdaya untuk keluar dari rumah keluarga ituBahkan, tujuh bulan terakhir korban tidak digaji"Yang membuat korban tak berdaya untuk keluar dan melapor ialah jeratan utang yang dibebankan oleh para tersangka," papar Anom.
Setiap kali dianggap melakukan kesalahan, gaji Marlena dipotongSampai-sampai dia tidak menerima gaji, bahkan dianggap utang karena kesalahan yang dituduhkan kepadanyaSelama ini Marlena digaji Rp 400 ribu per bulan
Sikap semena-mena keluarga Tan Fang terhadap pembantu tidak hanya dialami MarlenaDua baby sitter keluarga tersebut, Sulasmi, 16, dan Dwi Fitri Noryani, 19, juga sering tidak menerima gaji karena dianggap melakukan kesalahanBahkan, gaji mereka sering dipotong ketika dianggap makan dan minum terlalu banyak.
Tan Fang dan keluarganya terancam pasal berlapisMereka dijerat pasal 44 UU RI No 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)Selain itu, mereka dijerat pasal 23/2002 tentang Perlindungan AnakSelain melakukan kekerasan, mereka dianggap mempekerjakan anak di bawah umur.
Dalam catatan LSM Kelompok Perempuan Pro-Demokrasi (KPPD) Samitra Abhaya, kasus kekerasan terhadap pembantu rumah tangga di Surabaya tergolong tinggiSetidaknya ada delapan kasus selama 2010"Tapi, angka itu pun berdasarkan yang terekspose di mediaYang tidak terungkap dan tidak sampai ke perkara pidana di kepolisian pasti lebih banyak lagi," ujar Silvia Kurnia Dewi, koordinator umum KPPD Samitra Abhaya
Menurut perempuan yang biasa disapa Vivi itu, kasus kekerasan terhadap PRT memang sering membelit mereka yang masih di bawah umurMajikan sering tidak menyadari bahwa mereka mempekerjakan orang yang belum waktunya bekerja"Jadi, sering kerjanya dinilai tidak becus, padahal memang mereka masih anak-anak," paparnya(gun/c2/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkas Sempurna, Cicit Soeharto Segera Sidang
Redaktur : Tim Redaksi