jpnn.com, JAKARTA - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) mengirimkan sinyal menolak keberadaan PKS merapat di pemerintahan era Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka periode 2024-2029.
Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik menilai pendukung fanatik PKS bakal bertanya-tanya jika parpol yang dipimpin Ahmad Syaikhu itu merapat ke kubu Prabowo-Gibran.
BACA JUGA: Habib Aboe Tegaskan PKS dan PKB Siap Bekerja Sama di Pilkada Serentak 2024
"Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Mahfuz Sidik dalam keterangannya seperti dikutip Minggu (28/4).
Sebab, kata alumnus Universitas Indonesia (UI) itu, PKS selama masa kampanye pilpres 2024 terekam menyerang Prabowo-Gibran dengan narasi negatif.
BACA JUGA: Sudah Lihat Rekaman CCTV, Keluarga Brigadir RA Menolak Autopsi
"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran," kata Mahfuz.
Misalnya, kata dia, PKS menyerang Prabowo-Gibran dengan menganoligakan bahwa Nabi Musa tidak perlu berutang kepada Firaun.
BACA JUGA: Ada Mayjen TNI Gadungan Mendatangi Kodam Bukit Barisan, Ini yang Terjadi
Adapun, analogi itu berkaitan dengan sosok Anies Baswedan yang tidak perlu merasa berutang politik kepada Gerindra.
Diketahui, Anies dan Muhaimin Iskandar atau AMIN ialah kandidat yang diusung PKS bersama PKB dan NasDem.
Mahfuz juga mengungkapkan bahwa PKS selama ini kerap memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat.
Contohnya, kata dia, soal cap pengkhianat kepada Prabowo karena bergabung dalam kabinet pemerintahan Presiden dan Wapres RI Joko Widodo-Maruf Amin.
Prabowo dan Sandiaga Uno pada pilpres 2019 diusung oleh PKS bersama Gerindra, PAN, dan Demokrat.
"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," ujar Mahfuz.
Dia menuturkan bahwa selama ini Jokowi dan Prabowo telah mengingatkan untuk tidak menarasikan membelah politik dan ideologi.
"Narasi-narasi yang beresiko membelah lagi masyarakat secara politis dan ideologis, padahal itu yang sering diingatkan oleh Presiden Jokowi dan capres Prabowo," kata Mahfuz. (ast/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Aristo Setiawan