jpnn.com, BANDUNG - Pasar kerja diprediksi semakin kompetitif di era society 5.0 dengan melimpahnya sumber daya manusia di Indonesia menjelang bonus demograsi pada 2045 mendatang.
Untuk itu, diperlukan strategi khusus untuk mengatasi kekhawatiran kurangnya lapangan kerja, ketidakpastian persaingan kerja hingga persiapan memasuki usia penduduk tua.
BACA JUGA: Gelar Business Matching Batch 2 di Yogyakarta, Kemnaker Dorong UMKM Naik Kelas
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Sekjen Kemnaker) Anwar Sanusi menyebut perguruan tinggi memiliki peran penting dalam upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan.
"Karena konsekuensi setelah lulus perkuliahan adalah masuk ke dunia kerja," kata Sekjen Anwar Sanusi saat memberikan kuliah umum bertema 'Tantangan dan Kebijakan Ketenagakerjaan dalam Dunia Kerja Modern' di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/12).
BACA JUGA: Kemnaker Terus Tingkatkan Produktivitas SDM Melalui Pembangunan BLK Komunitas
Sekjen Anwar Sanusi menyarankan perguruan tinggi untuk memastikan program pendidikannya telah mencakup mata kuliah dan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan dunia kerja.
"Termasuk juga agar selalu menghadirkan dosen berpengalaman dan praktisi industri sebagai pengajar tamu untuk memberikan wawasan praktis kepada mahasiswa dan alumni," sebutnya.
Dia juga menyarankan agar bekerja sama dengan perusahaan dan organisasi di sekitar perguruan tinggi untuk menyediakan kesempatan magang dan pekerjaan bagi mahasiswa serta alumni.
Sekjen Anwar meminta perguruan tinggi memberikan pelatihan keterampilan tambahan seperti soft skill komunikasi, kepemimpinan, dan kolaborasi tim kepada mahasiswa dan alumni.
"Selain itu, menyediakan forum atau acara jaringan alumni yang memungkinkan mahasiswa dan alumni untuk terhubung satu sama lain maupun dengan profesional yang berpengalaman sehingga dapat memberikan peluang kerja, mentorship, dan dukungan dalam membangun karier," sarannya.
Dia mengungkapkan sebanyak 1,8 juta lulusan SMA/SMK/MA setiap tahun tak tertampung perguruan tinggi dan masuk ke pasar kerja.
Pola permintaan tenaga kerja di masa depan memiliki dua pola.
Pertama, pekerjaan-pekerjaan akan bersentuhan dengan pemanfaatan teknologi (hardskill digital).
Kedua, dari sisi softskill, kemampuan analitis, orientasi pemecahan masalah, kreativitas, dan komunikasi sangat diperlukan.
"Namun demikian, keterampilan digital yang dimiliki tenaga kerja Indonesia masih bersifat teoritis dan umum, sehingga terjadi kesenjangan dari sisi suplly dan demand," pungkasnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi