Sekjen PBNU: Ucapan Letjen Dudung Konteksnya Kebangsaan

Kamis, 16 September 2021 – 11:15 WIB
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (2/3). Dia menilai pernyataan Letjen Dudung dalam konteks kebangsaan. Ilustrasi Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU) Helmy Faishal Zaini meminta publik memahami dengan tepat pernyataan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen Dudung Abdurachman di Markas Yonzipur 9/Para, Divif 1 Kostrad, Bandung, Senin (13/9) lalu.

Sebab, kata Helmy, Letjen Dudung berbicara dalam konteks kebangsaan ketika jenderal bintang tiga itu menyebut semua agama benar di mata Tuhan, dalam acara di Markas Yonzipur 9.

BACA JUGA: Letjen Dudung: Saya Ini Panglima Kostrad, Bukan Ulama

"Kita harus memahaminya dari sudut pandang kebangsaan dan kenegaraan. Semua agama sama dalam konteks semua agama mengajarkan kebaikan. Spirit ini yang harus kita pahami bersama," kata eks Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) itu melalui layanan pesan, Kamis (16/9).

Menurut Helmy, sikap merasa paling benar dalam beragama harus dihindari dalam konteks kebangsaan.

BACA JUGA: Pegawai Honorer Mogok Kerja, Bu Kadis Blak-blakan Masalah Gaji, Duh

Sebab, sikap tersebut akan melahirkan fanatisme berlebihan dan menganggap semua yang di luar keyakinannya salah.

"Ini yang harus kita hindari bersama," ujar sekjen PBNU itu.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Tes PPPK Penuh Air Mata, Ketum Honorer Akhirnya Beri Kabar Gembira

Pria kelahiran Cirebon itu menuturkan kehidupan beragama tidak boleh terus berada di ruang eksklusif.

Pasalnya, agama bisa juga menginspirasi lahirnya perbuatan baik yang tercermin dalam wujud kesalehan ritual dan sosial.

"Maka, implementasi ketakwaan itu selain ibadah ritual kita makin bagus, juga tercermin dalam relasi sosial, sedekah, dan sikap kedermawanan," ujar Helmy.

Letjen Dudung sebelumnya memberikan penjelasan atas ucapannya yang menyebut semua agama benar di mata Tuhan, yang belakangan dikomentari beberapa pihak, satu di antaranya dari pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dudung pun mengaku sebagai Pangkostrad perlu mengatakan semua agama benar di hadapan prajuritnya. Sebab, dirinya memiliki prajurit yang berasal dari berbagai pemeluk agama.

"Saya ini Panglima Kostrad, bukan ulama. Jika ulama mengatakan bahwa semua agama itu benar, berarti ia ulama yang salah," kata Dudung dalam keterangan persnya, Kamis (16/9).

Dirinya mengaku tidak mau prajurit di Kostrad terjebak dalam fanatisme berlebihan sehingga dirinya berucap tentang semua agama benar.

"Saya ingin anak buah saya jangan sampai terpengaruh dengan pihak luar di dalam beribadah. Hal ini agar tidak menimbulkan fanatisme yang berlebihan. Kemudian menganggap agama tertentu paling benar. Sementara agama lainnya, salah," beber Dudung. (ast/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler