jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat (PD) Hinca Panjaitan mengirim sebuah video dari Hong Kong, Kamis (20/9) malam. Video berdurasi 3 menit 9 detik dengan latar belakang Victoria Park itu berisi penjelasan Hinca tentang hasil investigasinya atas portal berita Asia Sentinel yang konon bermarkas di Hong Kong.
Hinca dalam video tersebut tampak didamping sejumlah fungsionaris PD, termasuk Imelda Sari yang juga ketua divisi komunikasi publik di partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Politikus berlatar belakang pengacara itu mengaku telah berkoordinasi dengan pihak berwenang di Hong Kong untuk menelusuri keberadaan kantor redaksi Asia Sentinel.
BACA JUGA: Amin Santono Jadi Terdakwa Penerima Suap Pengurusan Anggaran
Menurut Hinca, dirinya telah mendatangi Phoenix Court di 39 Kennedy Rd, Mid-level, Hong Kong yang disebut sebagai kantor Asia Sentinel. “Kami pastikan tidak ditemukan kantor itu,” ujarnya.
Bahkan, John Berthelsen yang disebut sebagai pemimpin redaksi dan pendiri Asia Sentinel juga tak ada di alamat itu. “Jejaknya pun tak ditemukan lagi,” sambung Hinca.
BACA JUGA: Soal Berita di Asia Sentinel, PD Persiapkan Langkah Hukum
Oleh karena itu Hinca menegaskan, Asia Sentinel tidak memenuhi syarat sebagai perusahaan pers. “Tidak kredibel,” katanya.
Selain itu, Hinca juga telah mengunjungi Dewan Pers Hong Kong dan berkoordinasi dengan salah satu komisionernya. Tujuannya menanyakan apakah Asia Sentinel teregister di Dewan Pers Hong Kong.
Hinca memastikan Asia Sentinel tidak teregistrasi di Dewan Pers Hong Kong. Bahkan, sosok John Berthelsen juga tak dikenali di sana.
Tak berhenti di situ, Hinca bertemu dengan Asosiasi Jurnalis Hong Kong. “Kami bertemu dengan sekretaris dan pengurusnya,” ujarnya.
Politikus asal Sumatera Utara itu juga menanyakan apakah Berthelsen terdaftar sebagai anggota Asosiasi Jurnalis Hong Kong. “Jawabnya tidak!” ujar Hinca.
Oleh karena itu PD menyatakan pemberitaan Asia Sentinel tidak kredibel, beropini penuh fitnah dan tidak berdasar. Menurut Hinca, menarik dan mencabut pemberitaan saduran dari Asia Sentinel merupakan perbuatan mulia.
“Tetapi kami tidak berhenti. Kami akan tuntaskan seluruh pihak yang telah menyebarluaskan dan menggoreng ini,” ucap Hinca.
Rencananya, Hinca akan segera kembali ke Jakarta dan membeberkan temuannya di Hong Kong ke Dewan Pers, terutama temuan tentang Asia Sentinel yang tak bisa dipercaya. “Dalam bahasa Medan disebut abal-abal,” pungkasnya.
Sementara itu, JPNN sebagai portal berita pertama di Indonesia yang menyadur Asia Sentinel juga telah mencabut laporannya dan. JPNN menarik berita berjudul Media Asing Beber ‘Konspirasi Kejahatan Besar’ Era SBY yang tayang pada 12 September 2018 pukul 09.19. Baca juga: Maaf, Asia Sentinel Mengaku Salah dan Copot Artikel soal SBY
Pemberitaan JPNN itu bersumber pada artikel berjudul Indonesia’s SBY Government: ‘Vast Criminal Conspiracy' di laman Asia Sentinel. Sedangkan Asia Sentinel telah menarik berita itu dan mengunggah artikel lain berjudul Apology to President Yudhoyono and Democrat Party of Indonesia.
Merujuk pada ketentuan Pedoman Media Siber yang ditandatangani Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta pada 2 Februari 2012, maka media online wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal yang telah dicabut. JPNN pun menjadi portal berita pertama yang mengunggah pengumuman di Asia Sentinel tentang pencabutan berita dan permintaan maaf kepada SBY maupun Partai Demokrat.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Asia Sentinel Minta Maaf, Demokrat: Belum Juga Diapa-apain
Redaktur & Reporter : Antoni