Sebuah bangunan Sekolah Dasar (SD) Kelas Jauh Sei Belido di Dusun III, kondisinya sangat memprihatinkan. Lantai tanah, dinding kelas terbuat dari kayu hampir rubuh lebih mirip kandang sapi.
Dengan jumlah siswa mencapai 170, SD tersebut sebenarnya sudah layak menjadi SD sendiri, tidak menginduk ke SD Negeri Simpang Tungkal. “Usulannya (jadi SD sendiri, red) juga sudah kita masukkan untuk menjadi sekolah sendiri," ujar Parjan, Kepsek SDN Simpang Tungkal, seperti diberitakan Sumatera Ekspres (Grup JPNN).
Apalagi, katanya, SD Sei Belido sudah berdiri sejak tahun 2004 lalu dibangun secara swadaya oleh masyarakat. "Dibangun pake kayu bekas camp, makanya kondisinya seperti itu," cetusnya.
Beruntung SD tersebut mendapat bantuan dari PT Conoco Philips Indonesia untuk dibangun secara permanen, tiga kelas berikut ruang guru serta fasilitas termasuk furniture-nya.
"Kita hanya membantu dananya, untuk penentuan lokasi atau sekolah mana semua dari Diknas Kabupaten dan UPTD serta pemerintah kecamatan," ujar Manager CSR Conoco Philips Sudewo dalam sambutannya saat acara peletakan batu pertama pembangunan SD Kelas Jauh Sei Belido kemarin.
Hanya saja yang mengganjal, sekolah tersebut dibangun diatas lahan suaka margasatwa bentayan bersama pula dengan perkampungan warga. "Sudah ada jaminan dari pemerintah, kita yakin tidak akan ada masalah," kata Mukhlisin, kepala proyek pembangunan yang ditunjuk warga.
Camat Tungkal Jaya Sugeng Riyadi mengakui sekolah dibangun diatas lahan suaka margasatwa. "Bagaimanapun anak-anak itu harus sekolah, kalau mereka gak sekolah kita salah juga. Mereka juga berhak mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak," tukas Sugeng.
Dalam kesempatan tersebut, Sugeng juga mengucapkan terima kasih atas support pihak PT Conoco Philips atas bantuan CSR-nya. "Saya tunggu bantuan yang lain dari PT Conoco, saya harap dengan ini terjalin kemitraan yang baik antara masyarakat dengan perusahaan. Termasuk soal air bersih, pihak Conoco juga harus memuat sumur bor, masak sekolah gak ada airnya," tegasnya.
Selain pembangunan SD, Sugeng meminta agar diusulkan dibangun SMP Satu Atap di Dusun III dan V, Desa Simpang Tungkal. Menurutnya, sudah tidak jamannya lagi anak cuma tamat SD, minimal perguruan tinggi.
Karenanya, guna memudahkan akses pendidikan karena lokasinya jauh dari SMP, dia megusulkan SMP Satu atap di Dusun tersebut. (kur/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SMK dan SMA Kekurangan 13 Ribu Guru Produktif
Redaktur : Tim Redaksi