Pendaftaran untuk belajar di sekolah yang mengajarkan bahasa Inggris di Queensland Inforum Education turun 94 persen sejak Australia menutup perbatasan setahun lalu.
Belum ada solusi bagaimana mengatasi keadaan ini sekarang, saat tunjangan JobKeeper untuk pekerja akan berakhir bulan Maret ini.
BACA JUGA: Cegah Limbah Jarum Suntik Vaksin Covid-19, LIPI Ciptakan Alat Penghancur
Renan Marchesini dan istrinya tiba di Gold Coast (Queensland) tanggal 1 Maret tahun 2020, hanya 19 hari sebelum Australia menutup perbatasan untuk warga asing.
Keputusan ini telah melumpuhkan industri pendidikan yang menggantungkan diri pada mahasiswa internasional yang jumlah keseluruhannya ditaksir bernilai sekitar Rp37 Triliun.
BACA JUGA: Tasmania Akan Perbolehkan Dokter Umum Resepkan Ganja Sebagai Obat
Setahun kemudian Renan yang pernah menjadi manajer bank di Sao Paulo (Brasil) mengatakan 'situasi dalam hidupnya dalam setahun terakhir ini sangat berbeda'.
"Saya sempat berhenti bekerja di Los Angeles dan keadaan sudah mulai mengkhawatirkan di sana," kata Renan.
BACA JUGA: Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Sungguh Menyakitkan..
"Saya mengatakan kepada istri saya "Kita harus waspada karena ini keadaan yang sangat serius."
Renan Marchesini sekarang hanyalah satu dari 18 siswa yang masih belajar di Inforum di Southport (Gold Coast).
Ketika dia mendaftar untuk belajar bahasa Inggris di sana, Renan adalah satu dari 300 siswa yang terdaftar. Bisnis turun 94 persen
Simon Craft sudah menjadi manajer pelaksana Inforum Education selama 14 tahun. Ia mengatakan jumlah pendaftar menurun 94 persen selama pandemi setahun terakhir. Direktur pelaksana Inforum Education Simon Craft menginginkan adanya kejelasan kapan perbatasan internasional akan dibuka.
Supplied: Inforum Education
Dia mengatakan dari 35 orang staf di sana, kini hanya separuhnya saja yang masih bekerja.
"Semuanya mendapat tunjangan lewat skema JobKeeper," kata Simon.
"Dengan skema JobKeeper akan berakhir tanggal 28 Maret, kami tidak punya banyak pilihan, kami mungkin harus memberhentikan lima atau enam staf lagi."
Menurut penelitian dari Mitchell Institute, sekitar 37 ribu mahasiswa internasional telah meninggalkan Queensland antara bulan Maret sampai Oktober tahun lalu, sementara secara keseluruhan permintaan baru untuk visa belajar ke Australia turun sekitar 80-90 persen.
Dengan angka-angka seperti ini, jika tidak perubahan kebijakan di bulan Juli 2021, diperkirakan mahasiswa internasional yang berada di Australia hanya ada sekitar 290 ribu orang, turun dari angka 578 ribu di bulan Oktober 2019.
Bila perbatasan internasional ditutup sampai bulan Juli 2021, maka jumlah mahasiswa internasional akan turun menjadi 165 ribu orang.
"Kami tidak berharap perbatasan akan dibuka kembali besok, kita tahu risiko yang ada," kata Simon Craft.
"Tetapi tanpa adanya rencana dari pemerintah atau tanoa pemberitahuan yang diberikan kepada kami kapan perbatasan akan dibuka, kami tidak bisa membuat perencanaan sama sekali." Pembukaan tergantung pada vaksinasi
Sampai awal Maret 2021, jumlah mahasiswa internasional di Australia adalah sekitar 374 ribu orang, dan menyumbangkan sekitar Rp9 triliun bagi perekonomian Australia menurut Asosiasi Pendidikan Internasional.
Menurut Mitchell Institute, industri pendidikan internasional menyumbang sekitar Rp37 Triliun bagi perekonomian Australia setiap tahunnya, dengan 57 persen di antaranya yaitu sekitar Rp21 Triliun berhubungan dengan barang dan jasa.
Minggu lalu, Bendahara negara bagian NSW, Dominic Perrottet, mengusulkan agar penerbangan para mahasiswa internasional dijadikan prioritas dibandingkan warga Australia di luar negeri yang akan pulang, untuk membantu pemulihan sektor pendidikan.
Queensland sendiri sudah mengusulkan pembangunan fasilitas karantina di dekat Toowomba untuk memungkinkan lebih banyak orang bisa masuk ke Australia.
Bulan November 2020, sebuah pesawat carter yang membawa 63 mahasiswa internasional mendarat di Darwin. Mahasiswa membayar sendiri tiket penerbangan sementara Charles Darwin University membiayai karantina mereka.
Namun program percobaan itu tidak diikuti oleh negara bagian lain.
Pemerintah federal Australia belum memberikan batas waktu yang jelas mengenai kapan perbatasan internasional akan dibuka lagi, namun hanya mengatakan mungkin di akhir 2021 atau awal 2022.
"Karena ini menyangkut pandemi, kita tidak memiliki bola kristal untuk meramal dengan tepat," kata Menteri Pariwisata dan Investasi Dan Tehan minggu lalu di Gold Coast. Menteri Pariwisata Australia Dan Tehan mengatakan pembukaan perbatasan internasional tergantung pada situasi vaksinasi dunia.
ABC News: Mark Moore
"Mari kita lihat bagaimana perkembangan vaksinasi di seluruh dunia.
"Mudah-mudahan, kita akan bisa membuka perbatasan internasional di awal tahun depan." Pemasukan dari biaya pendaftaran bernilai Rp10 M
Simon Craft dari Inforum Education mengatakan tanpa perpanjangan JobKeeper atau pembukaan perbatasan internasional, dia tidak tahu apakah bisnis mereka akan bisa bertahan.
"Selama masa COVID ini, kami masih menerima pendaftaran senilai Rp10 miliar dari siswa yang ingin belajar," katanya.
"Tetapi tentu saja para siswa ini tidak akan membayar sampai pemerintah mengatakan kapan perbatasan akan dibuka.
"Bisnis kami ini menguntungkan sampai pemerintah kemudian menutup perbatasan internasional." Sebagian dari lulusan di Inforum Education d bulan Desember 2019.
Supplied: Inforum Education
Simon Craft mengatakan berkurangnya mahasiswa internasional di Australia yang selain belajar juga banyak bekerja sebagai pemetik buah dan di industri jasa menimbulkan dampak ekonomi besar.
"Banyak di antara mereka kemudian membangun bisnis sendiri di sini," katanya.
"Mereka betul-betul bekerja keras, mereka harus membayar banyak uang untuk menciptakan bisnis karena mereka ingin tinggal di sini sebagai penduduk tetap."
Selama setahun terakhir Renan Marchesini bekerja sambilan sebagai koki dan juga petugas kebersihan, namun dia tidak tahu berapa lama lagi dia akan bertahan di Australia.
Bagaimanapun, dia mengatakan setahun ini merupakan tahun yang baik baginya untuk tinggal di Australia.
"Kami berada di tempat yang aman dari COVID. Saya tidak bisa membayangkan bila saya tinggal di Brasil saat ini, bagaimana kehidupan saya." katanya.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari berita ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Layar Kaca Punya Siapa? Kisruh Acara Lamaran Selebritas di Televisi