Sektor Pertanian Tuai Pujian dari Rizal Ramli: Yang Lain Rontok

Kamis, 29 Juli 2021 – 13:51 WIB
Ekonom Senior Dr. Rizal Ramli mengapresiasi pertumbuhan sektor pertanian di tengah pandemi Covid 19. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Senior Dr. Rizal Ramli mengapresiasi pertumbuhan sektor pertanian di tengah pandemi Covid 19. Menurutnya, sektor pertanian terbukti mampu membuka peluang kerja bagi jutaan orang yang terdampak PHK.

"Saya mendengar ada 3 juta petani baru yang masuk saat pandemi ini. Saya kira ini luar biasa dan saya percaya sektor pertanian selalu bertahan dari gejolak disaat industri lain rontok, hotel payah, dan yang lain juga payah. Akhirnya banyak profesional pulang kampung dan mereka jadi petani," ujar Rizal Ramli dalam webinar yang berjudul Potensi Sektor Pertanian Dalam Mencegah Krisis Ekonomi, Kamis, 29 Juli 2021.

BACA JUGA: Rizal Ramli: Ini Pemerintah Dobel Ndablek

Eks Menteri Ekuin itu mengatakan kehadiran petani baru merupakan angin segar sekaligus potensi besar bagi Indonesia untuk menciptakan berbagai peluang usaha. Apalagi, mereka (petani muda) dikenal inovatif, kreatif, dan punya pengalaman yang cukup panjang.

"Mudah-mudah mereka bisa survive karena mereka adalah orang orang berpengalaman," katanya.

BACA JUGA: Rizal Ramli Sebut Utang Sudah Menumpuk, Amannya di Mana, Bu Menkeu?

Meski demikian, Rizal meminta pemerintah segera membuat strategi besar dalam menjwab berbagai tantangan jaman demi mewujudkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat pangan.

"Intinya Indonesia harus jadi mangkok pangan Asia. Kenapa? Kita patut bersyukur karena kita memiliki matahari paling lama sepanjang tahun. Kita juga bersyukur rakyat kita ingin bekerja. Nah dalam kaitan ini Indonesia harus bisa jadi mangkok pangan Asia," katanya.

BACA JUGA: Kementan Bongkar Strategi Kesuksesan Pengusaha Hortikultura: Bisa Kaya dengan Modal Sayur

Eks Menteri era Orde Baru Profesor Emil Salim menambahkan peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi penting dalam membangun sektor pertanian masa depan. NTP merupakan ukuran berapa biaya masuk dan berapa biaya yang dikeluarkan dari hasil kegiatan olah tanam.

"Fokus Kementan harus meningkatkan kesejahteraan petani melalui NTP di atas 100. Saya melihat NTP perkebunan sudah di atas 130, sehingga menarik untuk berinvestasi. maka tugas Kementan adalah menghilangkan hambatan yang menyebabkan tingginya biya bagi petani di lapangan," katanya.

Menurut Prof Emil, pemerintah merupakan instrumen kuat yang masih dipercaya rakyat dalam membela petani. Karena itu, pembelaan itu wajib dubuktikan dengan ketersediaan pupuk dan mendorong pengembangan pupuk organik.

"Siapa yang mau bela petani, kalau bukan Kementan. Maka itu, jika pupuk terlamabat, bisakah kita membuat pupuk sendiri dari kandang. Saya bilang para produsen pangan harus menjdi bintang, terlebih diaaat pandemi covid 19," katanya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai tukar petani (NTP) pada bulan Juni 2021 mencapai 103,58 atau naik sebesar 0,19 persen (MtoM). Sebelumnya kurva NTP pada Okteber 2020 juga naik di atas 100, di mana NTP Oktober mencapai 102,25, kemudian pada bulan berikutnya, yakni November mencapai 102,86, Desember 103,25, Januari 103,26, Februari 103,10, Maret 103,29, April 102,93 dan bulan Mei tahun ini mencapai 103,29 atau naik sebesar 0,44 persen.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi mengatakan sektor pertanian selama ini terus melakukan perbaikan menuju pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Perbaikan itu meliputi sisi hulu maupun hilir. Di antaranya membuka peluang usaha serta akses data bagi petani Indonesia dalam memenihi kebutuhan pupuk.

"Kami sudah melakukan berbagai upaya di mana pertanian selalu menjadi tulang punggung. Misalnya pengadaan pupuk subsidi selalu menjadi kendala serius. Namun, alhamdulilah sekarang mulai menunjukan perkembangannya," kata Harvick. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler