Sektor Swasta Harus Terlibat Upaya Cegah Kepunahan Harimau Sumatera

Jumat, 31 Juli 2020 – 06:39 WIB
Webinar dengan tajuk Sinergitas dan Koeksistensi Industri dengan Konservasi Harimau Sumatera. Foto: tangkapan layar webinar

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno mengatakan, habitat harimau Sumatera tidak terbatas hanya pada kawasan konservasi.

Di luar kawasan konservasi, di mana salah satu wilayah sebaran dan areal jelajahnya berada di dalam konsesi hutan tanaman industri (HTI) juga ada.

BACA JUGA: Harimau Sumatera yang Teror Warga Solok Akhirnya Ditangkap, nih Fotonya

"Pelibatan sektor swasta terutama di bidang kehutanan dalam upaya konservasi dapat memberi peluang harimau Sumatera untuk bertahan hidup jangka panjang dan terhindar dari kepunahan," kata Wiratno dalam sambutannya pada Webinar dengan tajuk Sinergitas dan Koeksistensi Industri dengan Konservasi Harimau Sumatera di Jakarta, Rabu (29/7).

Lebih lanjut Dirjen KSDAE menyatakan, 29 Juli merupakan peringatan hari konservasi harimau sedunia atau Global Tiger Day.

BACA JUGA: Harimau Sumatera Mati Dijerat Pemburu di Hutan Konsesi Riau

Indonesia sebagai salah satu negara pemilik anak jenis harimau yang masih ada di dunia turut berpartisipasi dalam peringatan Global Tiger Day sebagai salah satu momen penting dalam usaha melestarikan harimau Sumatera.

“Setiap tahun, berbagai kegiatan penyadartahuan dilakukan dengan berbagai tema untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian harimau Sumatera dan habitatnya,” ujarnya.

BACA JUGA: Lihat Nih, Djoko Tjandra Sudah Tertangkap dan Diboyong ke Indonesia

Webinar yang diselenggarakan Forum HarimauKita, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas, dan Program Magister Manajemen Lingkungan Universitas Pakuan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai peran serta berbagai sektor dalam mendukung upaya pemerintah melestarikan harimau sumatera.

“Melalui forum multi stake holders ini diharapkan dapat dibuat rencana strategis dan yang terpenting harus ada aksi konkret bersama yang nyata dan terukur untuk menjaga kelestarian harimau sumatera dan dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan manusia,” ujar Wiratno.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum APHI, Iman Santoso menyatakan, penerapan best management practices di areal konsesi kehutanan menjadi penting karena lebih dari 70 persen habitat harimau di Sumatera berada di luar kawasan konservasi. Dalam hal ini distribusi dan areal jelajah harimau Sumatera tumpang tindih dengan konsesi kehutanan.

“Dalam hal ini, pada areal konsesi perlu dialokasikan koridor satwa dan yang terpenting perlu pelibatan private sector terutama di sektor kehutanan dalam mendukung konservasi Harimau Sumatera di luar kawasan konservasi yang terintegrasi pada skala lanskap,” ungkap Iman.

Iman menambahkan, keberhasilan penerapan Best Management Practices terkait konservasi jenis dan pengelolaan areal yang bernilai konservasi tinggi (NKT) pada areal konsesi diperlukan dukungan dan kolaborasi seluruh pihak disertai edukasi.

“APHI menyadari pentingnya hal itu dan telah mengupayakan kerja sama, baik pada level kelompok masyarakat melalui penyuluhan/edukasi terkait pengelolaan areal NKT, dengan lembaga donor seperti USAid LESTARI untuk pengembangan model monitoring NKT serta FFI yang diidentifikasi KEHATI, juga dengan UNDP melalui Catalyzing Optimum Management of Natural Heritage for Sustainability of Ecosystem, Resources and Viability of Endangered Wildlife Species (Conserve),” tuturnya.

Mendukung pernyataan APHI, wakil dari praktisi hutan tanaman APP Sinarmas, Dolly Priatna menyatakan, selama ini dalam prakteknya di konsesi hutan tanaman telah mengupayakan pelestarian harimau dan gajah Sumatera.

“Kami telah melakukan penilaian, penetapan dan mengelola Kawasan Lindung dan HCV/HCS, selanjutnya melengkapi dengan SOP dan working instruction serta membentuk Tim Satgas Mitigasi Konflik Manusia-Satwa Liar dan mengadakan pelatihan mitigasi konflik manusia-satwa liar secara regular,” ungkapnya.

Dolly mengatakan sosialisasi-edukasi kepada pekerja HTI dan masyarakat sekitar dilakukan secara terus menerus dan juga melakukan monitoring keberadaan satwa liar di areal konsesi.

“Kami menggunakan camera traps dan penghitungan langsung agar dapat mengetahui keberadaanya” kata Dolly.

Areal yang merupakan habitat alami satwa liar tetap dipertahankan pada kawasan hutan tanaman.

“Kami telah meningkatkan luas kawasan lindung dalam areal konsesi untuk mempertahankan keberadaan hutan alam serta mencegah perburuan satwa liar lainnya,” ujar Dolly.

Di lapangan, lanjutnya, pihaknya juga melakukan patroli bersama berkolaborasi dengan UPT Lingkup Ditjen KSDAE (BKSDA Balai Taman Nasional), Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum LHK (BPPHLHK) Seksi Wilayah II Pekanbaru, KPHP, unsur TNI/Polri, serta Forum HarimauKita dan Volunteer Tiger Hearth. (esy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler