Selalu Matikan Lawan, Dijuluki 'Homicide'

Rabu, 28 Juli 2010 – 12:49 WIB
BINTANG - Corey Williams (kiri) bersama Hannibal, MC legendaris streetball dalam ajang EBC di New York, 12 Juli lalu. Foto: Benjamin Norman for Corey Williams.
Bintang basket kelas dunia tidak harus bermain di NBACorey "Homicide" Williams, bintang utama Development Basketball League (DBL) World Camp 2010 di Surabaya Agustus nanti, adalah buktinya

BACA JUGA: Stadium yang Pertama Serahkan Daftar

Berikut kisahnya.

NAMA saya Corey 'Homicide' Williams
Saya lahir dan dibesarkan di Bronx, New York

BACA JUGA: Baru Ada Dua Bus Persikmania

Beberapa orang menyebut saya sebagai Raja New York
Setelah kuliah, saya mengejar pengakuan dan kredibilitas di jalanan New York

BACA JUGA: Kerahkan 2.400 Petugas Keamanan

Rata-rata saya antara 30 sampai 40 poin di setiap turnamen di New YorkSetiap orang yang mencoba menghadang saya selalu kalahItulah asal muasal sebutan "Homicide." Karena saya selalu menghancurkan lawan-lawan saya.

Penjelasan singkat itu disampaikan langsung oleh Corey Williams, dalam wawancara dengan ElevationMag, salah satu media streetball topDalam wawancara yang sama, dia menegaskan lagi julukan "seram"-nya: Homicide alias 187, alias pembunuhan.

"Saya mendapatkan nama itu karena permainan saya yang agresif, karena saya selalu menyerang dan mematikan lawan-lawan di depan sayaTitik," tandasnya.

***
Penggemar berat basket, khususnya streetball, tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Corey "Homicide" WilliamsDia merupakan salah seorang legenda basket jalanan, bahkan pernah dinobatkan sebagai salah satu pemain streetball terbaik dalam sejarah.

Tentu saja, Williams lebih dari sekadar bintang streetballDengan skill basketnya, dia sudah melanglang dunia, menjajal berbagai kompetisi profesional di berbagai benuaMulai di Amerika Serikat, Eropa, Amerika Selatan, Asia, hingga AustraliaDia juga sudah berkali-kali masuk seleksi tim-tim NBAHanya nasib yang menghalanginya punya karir di liga paling bergengsi tersebut.

Bisa dibilang, Williams telah merasakan indahnya kedua "dunia basket." Sukses di arena streetball yang "bebas aturan." Sukses di arena profesional.

Soal definisi streetball sendiri, Williams ingin menegaskan apa itu streetball yang sebenarnya"Tur streetball (yang populer di dunia) telah menghancurkan apa itu streetball yang sebenarnyaSekarang, orang mengidentikkan streetball dengan trik-trik bermain basketPadahal, yang benar adalah orang-orang yang adu ketangguhan di lapangan outdoor, tanpa ada wasit dan foul, tanpa gerakan-gerakan lemahItu streetball yang sebenarnya," ungkapnya.

Williams mengaku tidak akan melupakan jalanan New York, tempatnya meraup sukses awalKhususnya di lapangan Rucker Park yang legendarisDi sanalah dulu dia mendapatkan julukan seramnya.

"Ada komentator seru di even Entertainer's Basketball Classic (EBC) di Rucker Park, bernama Hannibal "Da Most Electrifying One"Dia mengomentari setiap pertandingan, dan selalu menghadiri pertandingan legendaris di sana sejak tahun 2000Kalau kita bermain di sana dan mampu memukau, mereka langsung memberi kita nama," kenang Williams.

Pemain yang kini berusia 32 tahun itu mengaku tidak langsung mendapat julukan "Homicide." Awalnya adalah "The Hard Worker" (pekerja keras), lalu ke "C-Murder," lalu ke "C-Homicide," baru kemudian menjadi "Homicide".

Williams memang benar-benar ngetop di New YorkDi arena streetball, dia berkali-kali menghadapi bintang-bintang streetball kelas dunia lain, atau bahkan menghadapi pemain-pemain NBA secara individualPernah, dalam suatu even, dia menghadapi Ron ArtestWaktu itu Artest masih tergabung di Indiana Pacers, dan memegang gelar Defensive Player of the YearSekarang, penggemar NBA tentu tahu, Artest baru saja membantu Los Angeles Lakers meraih gelar juara 2010.

Berhadapan langsung dengan Artest, Williams tidak gentarBerkali-kali dikasari dan diblok, Williams terus menyerangAlhasil, dia pun mencetak 26 poinTimnya kalah tipis, tapi dia mampu meraup banyak poin meski dikawal Artest yang lebih tebal dan besar (Williams 190 cm, Artest 201 cm).

"Itu 26 poin paling sulit yang pernah saya dapatkanTapi saya mampu mendapatkan 26 poin! Pertandingan itu benar-benar membantu mental saya, memberi tahu saya kalau saya mampu bermain di level tertinggi," ucapnya seperti dikutip majalah Dime.

Dari jalanan New York pula Williams mendapat "penghargaan" tertinggi dalam karir seorang pemain basket: Yaitu mendapatkan kontrak sepatu, dan dibuatkan sepatu signature sendiri, yang kemudian dijual laris di berbagai penjuru dunia.

K1X, merek sepatu asal Jerman, mengontraknyaMembuatkannya sepatu bernama "187," alias kode polisi New York untuk pembunuhan alias homicide"Saya ingin menegaskan kepada Anda, bahwa saya adalah pemain streetball pertama dalam sejarah yang mendapatkan kontrak sepatu signatureSaya juga pemain pertama dalam sejarah yang mendapat sepatu eksklusif tanpa harus bermain di NBA!" tukasnya"Ini saya dapatkan karena kemurahan hati Tuhan, kerja keras, dan tekad untuk tidak pernah menyerah," tegasnya.

Sampai hari ini, Williams masih tidak mau melupakan masa lalunya di jalanan New YorkMeski sudah berkeluarga dan tinggal di Denver, serta mengejar dolar di berbagai penjuru dunia, Williams terus menyempatkan diri untuk kembali ke Rucker Park, New York.

Pertengahan Juli lalu, dia kembali mengikuti even bergengsi EBC di kota tersebutDan meski sudah tergolong pemain senior, dia masih menjadi idolaPerforma pun tidak mengecewakanDia menjadi top scorer, mencetak 36 poin dalam pertandingan ekshibisi yang sangat bergengsi itu.

"Semakin banyak penonton, semakin besar beban, semakin baik saya bermainInilah yang saya cintai," katanya seperti dilansir New York Post.

Sambil terus berlaga di ajang yang dia cintai, sampai hari ini Williams juga masih mencari sukses berkelanjutan di liga profesional kelas duniaDi usia 32 tahun, masanya tidak akan lagi lamaMasih mampukah dia menembus arena NBA? (*/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sriwijaya Kejar Gelar Ketiga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler