Selama 29 Tahun, KLHK Sebut Ada Penurunan Luas Hutan 62,8 Persen di DAS Barito Kalsel

Selasa, 19 Januari 2021 – 21:36 WIB
Ilustrasi hutan yang ada di wilayah Kalimantan Selatan. Foto: Antaranews Kalsel/Hasan Z

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut bahwa telah terjadi penurunan jumlah luas hutan khususnya di daerah aliran sungai (DAS) Barito di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Karliansyah mengatakan, dari data yang dimiliki, telah terjadi penurunan sebanyak 62,8 persen dalam kurun waktu 29 tahun di DAS Barito tersebut. 

BACA JUGA: Istri Gerebek Suami ASN Lagi Asyik Begituan dengan Wanita Lain di Hotel

"Dalam kurun waktu 1990 hingga 2019 terjadi penurunan luas hutan alam sebesar 62,8 persen," ujar dia dalam acara "Informasi Banjir Kalimantan Selatan" yang digelar secara daring, Selasa (19/1).

Menurut Karliansyah, penurunan terbesar terjadi pada1990 hingga 2000. "Saat itu penurunan mencapai 55,5 persen," imbuh dia.

BACA JUGA: Mbak Widia Wati Tewas Terjepit Lift, Kondisi Kepala Mengenaskan

Namun, KLHK menilai penurunan jumlah hutan itu bukan faktor utama banjir, melainkan hujan menjadi faktor utama penyebab banjir di provinsi itu.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai KLHK Saparis Soedarjanto. Dari hasil analisis pihaknya, banjir di beberapa wilayah di Kalimantan Selatan disebabkan oleh berbagai faktor. 

BACA JUGA: KLHK Dorong Pemuda Jadi Aktor Utama Pengendalian Perubahan Iklim

Salah satu contohnya, kata dia banjir di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah terjadi karena faktor lokasi, bentuk daratan, curah hujan, dan aktivitas sekitar.

Kedua wilayah tersebut berada pada pertemuan dua anak sungai sehingga akumulasi air yang berkumpul di sana besar. Kedua anak sungai bertemu di lereng kaki dan tekuk lereng.

Kondisi ini diperparah dengan curah hujan yang sangat besar dan berdurasi lama. Kemudian, lereng pada hulu DAS menerima volume air besar dengan waktu konsentrasi cepat.

Dengan kombinasi pertanian lahan kering campur di bagian hulu dan tambang dengan lereng yang curam, serta kegiatan pertambangan di lereng tengah akhirnya menyebabkan sedimentasi di alur sungai yang berujung banjir.

BACA JUGA: Wanita yang Tewas Terjepit Lift Ternyata Calon Pengantin, Begini Ceritanya

"Kami sudah lakukan upaya rehabilitasi juga. Kalau dilihat kawasan hutan yang kritis ini kan tidak terlalu kritis sebetulnya. Sehingga bisa simpulkan, hujan adalah faktor utama yang menyebabkan banjir. Tinggi sekali hujannya," tandas dia. (cuy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler