Polisi dengan satu bintang di pundaknya itu menjelaskan konflik pertama di Donggala karena dipicu pro kontra pertambangan emas. Akibat kejadian itu, kata dia, menelan kerugian materi hingga Rp 3 miliar dan satu orang tewas. Pihaknya sudah melakukan penanganan dengan dua pendekatan. "Pertama penegakan hukum nasional, kami sudah periksa saksi dan sudah 14 orang ditetapkan sebagai tersangka," jelasnya.
Kemudian, kata dia, pendekatan kedua dengan kearifan lokal. "Mudah-mudahan ini jalan yang baik," bebernya.
Ia juga menjelaskan, pada 20 Agustus 2012, terjadi konflik di Sigi. Menurutnya, konflik disebabkan karena kesalahpahaman anak-anak muda bersenggolan sepeda motor. Lalu, tegasnya, keluarlah kata-kata yang menyinggung perasaan.
"Ini berdampak pada perkelahian antarkampung. Kerugian material, rumah terbakar, dan ada korban meninggal dunia," katanya.
Menurutnya, penegakan hukum sudah dilakukan dengan memeriksa 15 saksi dan menetapkan 43 calon tersangka. "Mengapa calon tersangka? Kesepakatan, karena konflik melibatkan beberapa desa, akan adakan acara perdamaian, secara adat. Nanti kami lanjutkan ke penegakan hukum," bebernya.
Lalu pada 18 Agustus 2012, di Banggai, juga berawal dari kenakalan anak-anak muda melakukan pemukulan. "Sudah kami tangani, tersangka sudah dua orang dan calon tersangka kami proses," katanya.
Selain itu, juga dilakukan pendekatan secara adat dan budaya untuk proses perdamaiannya. Berikutnya, lanjut Kapolda, konflik terjadi di Paligi. Ini juga dipicu karena kenakalan anak muda. "Sudah kami tangani dengan memeriksa 10 saksi dan dua tersangka. Kami juga melakukan penanganan kasus dengan pendekatan kearifan lokal," jelasnya.
Terkait penembakan di Poso, kata dia, Polda dan Polres setempat sudah membuat tim untuk melakukan penyelidikan. "Saat ini tim kami sedang bekerja," tuntasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah PSK Langganan ABK Asing di Laut Balikpapan
Redaktur : Tim Redaksi