jpnn.com, JAKARTA - Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, patut menjadi contoh daerah dengan penegakan protokol kesehatan Covid-19 dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, pemuka adat, dan tokoh agama. Sejak Maret hingga Mei, kabupaten ini menuai prestasi sebagai daerah dengan “Zero Covid-19”.
Bupati Kepulauan Sitaro Evangelian Sasingen mengatakan, torehan itu yang membuat Sitaro menjadi salah satu kabupaten yang mendapatkan penghargaan tinggi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Selasa (13/10) lalu.
BACA JUGA: Kabar dari RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Hari Ini, Sedih
Perempuan yang akrab disapa Eva itu mengatakan, sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi Covid-19, dirinya sudah menginformasikan kepada seluruh warga di sana untuk memperketat pengawasan di sepuluh pintu masuk pulau.
"Di setiap pintu ada pemeriksaan ketat. Awal-awal kami tidak menggunakan pelindung karena belum ada APD. Kami gunakan jas hujan sebagai pengganti," ujar Eva dalam talkshow "Zero Covid-19: Penerima Penghargaan BNPB" di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta pada Kamis (15/10).
Eva menjelaskan kasus Covid-19 sempat muncul di akhir Mei dan Juni dari satu klaster pasar. Saat itu, dirinya memutuskan menutup pasar untuk dilakukan sterilisasi.
BACA JUGA: Pertahanan Prancis Hancur Berantakan, COVID-19 Cetak Rekor Mengerikan
Untuk pasien positif langsung di-tracing sampai satu kelurahan. Begitu hasilnya reaktif mereka langsung ditampung di rumah singgah.
Selain membangun rumah singgah, Eva menambahkan pihaknya membentuk tim Gugus Tugas dari tingkat kecamatan, kelurahan, desa, sampai kampung. Tim gugus tugas ini memantau seluruh tamu yang masuk secara ketat.
BACA JUGA: Ajak Korban Mandi Bareng, Dukun Cabul Mengaku Bisa Sembuhkan Covid-19
"Kami bangun rumah singgah di kabupaten, kecamatan, hingga desa semua ada. Setiap orang masuk harus diisolasi 2 minggu sebelum ke tempat tujuan," ujarnya.
Tokoh adat Kabupaten Kepulauan Sitaro Erland Jaya Salindeho mengatakan, kerja sama masyarakat, budayawan, dan pemerintah daerah sangat maksimal.
Hanya saja tantangan yang dihadapi adalah sumber daya manusia di kampung-kampung terpencil. Namun ,semua itu teratasi dengan membentuk lembaga adat.
"Pembentukan lembaga adat itu memberi hasil positif untuk mengedukasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan penanganan bencana alam," ungkap dia. (tan/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga