jpnn.com - Tidak banyak yang mengenal Mulyono, tetapi kalau Joko Widodo, hampir semua orang di Indonesia mengenalnya.
Dia Presiden Ketujuh Republik Indonesia yang terlahir sebagai Mulyono.
BACA JUGA: Jokowi Cabut Status Pandemi Covid di Hari Ulang Tahunnya
Rabu (21/6), ia berulang tahun ke-62.
Dalam tradisi masyarakat pedesaan di Jawa, ganti nama adalah hal yang lumrah.
BACA JUGA: Doa Setya Novanto Untuk Ulang Tahun Jokowi
Anak kecil yang sakit-sakitan dan tidak kunjung sembuh akan diganti namanya, karena dianggap tidak kuat menyangga nama.
Mulyono adalah nama umum di Jawa, artinya adalah ‘’ono kamulyan’’ atau ada kemuliaan. Mungkin nama itu terlalu berat bagi anak kecil yang super-ramping itu.
BACA JUGA: Megawati dan Jokowi Punya Keresahan yang Sama Soal Isu Ini, Apa Itu?
Maka digantilah dengan nama baru, Joko Widodo. Joko dalam bahasa Jawa artinya anak muda, sedangkan Widodo bermakna sejahtera.
Ternyata nama ini membawa hoki. Perjalanan hidup Joko muda melesat bak meteor.
Hari ini ketika ia berulang tahun ke-62, hampir setiap orang di Indonesia mengenalnya atau setidaknya pernah mendengar namanya.
Nama Joko dan Widodo adalah nama pasaran di Jawa.
Akan tetapi, ketika dua nama itu digabung menjadi Jokowi, maka tidak ada satu pun yang menyamainya.
Nama itu pun melesat menjadi fenomena unik dalam lanskap politik Indonesia.
Ibarat meniti anak tangga, Jokowi memulai karier sebagai pengusaha kayu dan mebel.
Dia tidak dikenal sebagai aktivis mahasiswa yang suka teriak-teriak memimpin demonstrasi, atau menjadi moderator diskusi-diskusi politik.
Kariernya di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) hanya sebatas aktivitas naik gunung.
Malah belakangan ijazah sarjananya diragukan keasilannya atau keabsahannya.
Kendati begitu perjalanan karier politik Joko melesat sangat cepat bak meteor.
Bermula dari menjabat sebagai wali kota Surakarta pada 2005, berlanjut jadi gubernur DKI Jakarta pada 2012, hingga menjadi presiden ketujuh Republik Indonesia selama dua periode.
Jokowi bersama tiga adik perempuannya lahir dari pasangan Noto Miharjo dan Sujiatmi.
Orang tua Jokowi bekerja sebagai pedagang dan membuka usaha penggergajian kayu.
Lahir dari keluarga sederhana, Jokowi dan keluarga tinggal di bantaran Kali Anyar, Jawa Tengah.
Dia sempat digusur beberapa kali.
Sempat menumpang di rumah kakeknya maupun kawan di daerah Gondong.
Pendidikan Jokowi sejak TK hingga SMA ditempuh di daerah Surakarta.
Dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Yogyakarta.
The rest is history, kemudian selanjutnya adalah sejarah.
Jokowi mulai membuka usaha bisnis perkayuan pada 1988.
Dia berkesempatan melakukan kunjungan ke beberapa kota Eropa.
Dari situ dia mengamati kebijakan kota dan kemudian memutuskan masuk ke dunia politik pada 2005 dengan maju sebagai wali kota Solo.
Kisah sukses bermula dari sana.
Jokowi berpasangan dengan F.X Rudiatmo, Ketua DPC PDIP Solo.
Keduanya menjadi pasangan yang ‘’mutualan’’ saling memperkuat dan menguntungkan.
Jokowi dengan populismenya yang kuat, dan Rudy memperkuat dengan dukungan struktural PDIP yang kuat di Solo.
Keduanya menang pada periode pertama, dan melanjutkan ‘’mutualan’’ pada periode kedua.
Pasangan itu menang lebih mudah, karena makin banyak partai politik yang mendukungnya.
Gaya politik Jokowi yang merakyat dan suka blusukan untuk berdialog langsung dengan berbagai kelompok marjinal, menjadi buah bibir nasional dan internasional.
Majalah TEMPO menjadikannya sebagai laporan utama dengan memasang fotonya sebagai cover halaman depan.
Penghargaan internasional sebagai wali kota terbaik dunia makin memperkuat kredensial Jokowi.
Dua tahun memasuki periode kedua, Jokowi dipinang untuk maju sebagai gubernur DKI menantang petahana Fauzi ‘’Foke’’ Bowo.
Pertandingan itu terlihat tidak seimbang, karena Jokowi hanya didukung PDIP dan Foke didukung partai koalisi besar.
Akan tetapi, ‘’wajah ndeso’’ Jokowi membawa hoki lanjutan.
Berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Jokowi bisa menumbangkan petahana.
Namanya kian melambung sebagai politikus genre baru yang lebih dekat dengan rakyat.
Era Susilo Bambang Yudhoyono yang priayi dan serba-jaim sudah mulai redup.
Muncullah era Jokowi dengan politik blusukan yang banyak memukau imajinasi rakyat.
Dia digambarkan sebagai pemimpin pilihan rakyat.
Citra itu dikelola dengan sangat cermat dan teliti, sehingga Jokowi muncul sebagai fenomena baru.
Dua tahun menjadi gubernur, Jokowi naik kelas menjadi presiden.
Sekarang, ketika sudah mendekati masa pensiun, dia masih tetap ingin memastikan bahwa legasinya akan terus berlangsung.
Dia cawe-cawe dalam proses seleksi calon presiden, dan terlihat akan terlibat langsung sebagai power broker yang penting dalam Pilpres 2024 mendatang.
Di hari ulang tahunnya, Jokowi menyatakan tidak ingin ada perayaan khusus.
Sebagai orang desa, Jokowi merasa tidak pernah berulang tahun.
"Saya enggak pernah ulang tahun. Saya orang desa, enggak pernah ulang tahun, sejak lahir sampai sekarang," ujar Jokowi di Gresik, Jawa Timur, Selasa, (20/6).
Pernyataan tak pernah merayakan ulang tahun ini juga pernah Jokowi sampaikan pada 2021 melalui akunnya di media sosial.
"Seperti tahun-tahun yang silam, saya tak terbiasa merayakan hari ulang tahun sendiri. Apalagi sekarang, di saat negeri ini tengah membutuhkan kerja keras kita semua untuk bersama-sama keluar dari pandemi," ujar Jokowi di akun @jokowi di Instagram.
Di Gresik itulah Jokowi menitip pesan khusus supaya masyarakat tidak salah pilih presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
Banyak yang menganggapnya sebagai pesan terselubung supaya masyarakat memilih calon presiden pilihan Jokowi.
Selama ini ada dua nama yang di-endorse Jokowi, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Nama pertama mulai agak dijauhi oleh Jokowi, karena dianggap menjadi milik PDIP dan akan lebih setia kepada PDIP karena sudah ditugaskan sebagai petugas partai.
Prabowo Subianto menjadi satu-satunya nama yang bisa diandalkan untuk melanjutkan legasi Jokowi.
Anies Baswedan jauh panggang dari api.
Wacana perubahan yang diusung Anies secara otomatis memisahkannya dari Jokowi.
Banyak suara yang menghendaki Jokowi tidak usah cawe-cawe.
SBY bermimpi naik kereta api bersama Megawati dan Jokowi, kemudian mengantarnya pulang ke Solo untuk menikmati masa pensiun.
Jokowi terlihat belum ingin berhenti.
Dia terlihat tidak tertarik untuk menjadi penumpang kereta api seperti yang diimpikan SBY.
Jokowi ingin tetap menjadi masinis kereta api, dan menyetir kereta api itu sesuai dengan keinginannya. (**)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror