jpnn.com - UMAT Hindu di Samarinda Kalimantan Timur mengikuti upacara Bhuta Yadnya atau Tawur Kesanga, sebagai prosesi menyeimbangkan diri dan alam di Pura Jagat Hita Karana Jalan Sentosa, kemarin (30/3)
Pada persiapan prosesi Tawur Kesanga itu terlihat seorang Pinandite --tokoh agama Hindu-- melakukan ritual pengantar menuju Pecaruan sebagai persiapan sebelum melaksanakan Tawur Kesanga.
BACA JUGA: Di Cibitung, Gas 3 Kilogram Langka
Umat Hindu menggelar upacara Bhuta Yadnya bertujuan membayar atau mengembalikan agar tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungannya, jangan hanya pandai mengambil dan memanfaatkan alam.
"Umat Hindu tidak hanya memperlakukan alam secara bersahabat, tetapi juga wajib memelihara dan mengelolanya," ungkap Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Samarinda, I Made Subamia.
BACA JUGA: Tabrak Tiang Listrik, Hakim Meninggal Dunia
Sebelum Tawur Kesanga dilaksanakan, kata Made Subamia, digelar berbagai persiapan yakni melakukan pembersihan diri dan lingkungan untuk mengusir kejahatan agar prosesi upacara bisa dilakukan secara khidmat dan tenteram.
"Pinandite akan melakukan persiapan melalui pembersihan diri dan lingkungan agar upacara bisa berjalan lancar," katanya.
BACA JUGA: Nyepi, Panti Pijat Harus Tutup
"Pada hakekatnya, Hari Raya Nyepi merupakan tradisi keagamaan yang mengandung nilai-nilai luhur untuk meningkatkan Sradha (iman) dan Bhakti kepada Tuhan, dan bukan hanya kegiatan rutin tetapi sebagai perwujudan Yadnya atau pengorbanan suci yang tulus dan ikhlas sebagai bakti kepada Tuhan," ulas dia.
Puncak Tawur Kesanga, lanjut Subamia, yakni mengarak ogoh-ogoh, mulai dari Pura Jagat Hita Karana menyusuri Jalan Sentosa, Ahmad Yani, Mayjen Sutoyo hingga kembali ke Pura.
“Akan dilakukan dengan mengarak ogoh-ogoh secara spektakuler,” ucapnya. “Ogoh-ogoh itu kami lambangkan manusia besar yang disimbolkan sebagai roh jahat yang pada upacara ini dinetralisasi menjadi kekuatan baik," sambung dia.
Lanjut dia, ogoh-ogoh diusung dan diarak beramai-ramai oleh warga dengan membawa obor diiringi tetabuhan. “Tawur Kesanga dilakukan mulai petang pukul 18.00 hingga pukul 24.00 ,” ujarnya. “Setelah selesai, ogoh-ogoh tersebut dibakar.
Maknanya bahwa seluruh roh jahat (energi negatif, Red.) yang ada sudah diusir dan dimusnahkan,” sebut dia. Pada Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 31 Maret sebut dia, umat Hindu di Samarinda akan melakukan Catur Brata Penyepian, yakni Amati Geni (tidak menyalakan api dan mengobarkan hawa nafsu), Amati Karya (tidak melakukan kerja jasmani), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang). “Lebih tepatnya puasa,” ujarnya.
Tidak hanya itu, dia juga menerangkan sebagai wujud membersihkan pikiran dari ikatan Tri Guna, yaitu Satwam, Rajas, dan Tamas agar jiwa disucikan dan dibersihkan dari belenggu kabut Awidya.
"Rangkaian prosesi ini merupakan bentuk pembersihan diri dan alam agar besok (hari ini, Red.) yang merupakan Hari Raya Nyepi dapat dilaksanakan Catur Brata Penyepain, baik di rumah maupun di pura," pungkas dia. (*/akb/ibr/k8)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Honorer K2 Siluman Kerabat Anggota Dewan
Redaktur : Tim Redaksi